Selamat Datang

Senin, 15 April 2013

Sinopsis Gu Family Book Episode 1 – Bagian 2


shot0651
Seo Hwa siap membunuh dirinya dengan tusuk konde (why it’s sound so funny??). Tiba-tiba terdengar suara Dam memanggil namanya. Melihat Dam, Seo Hwa buru-buru menyembunyikan tusuk kondenya.
Dam masuk lalu mengunci pintu. Tanpa berkata apa-apa, ia cepat–cepat membuka pakaiannya.
“Apa yang kaulakukan?” tanya Seo Hwa bingung.
“Kita tidak punya waktu. Tuan Muda menunggu di luar di pintu belakang. Cepat tanggalkan pakaian Nona,” ujar Dam cepat. Melihat Seo Hwa masih bengong, Dam menjelaskan kalau Seo Hwa bertukar pakaian dengannya lalu melarikan diri (kenapa ngga lari bareng-bareng aja yaaa).
shot0486 shot0489
“Apa yang kaukatakan? Melarikan diri? Bagaimana denganmu? Apa yang akan kau lakukan jika aku melarikan diri?”
“Aku akan baik-baik saja setelah dipukul beberapa kali. Tapi Nona berbeda. Nona tidak boleh dinodai oleh orang kejam yang telah membunuh ayah Nona.”
“Dam-ah….” Seo Hwa terharu mendengar perkataan Dam.
shot0491 shot0496
Dam berkata Seo Hwa harus keluar hidup-hidup. Seo Hwa harus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya. Agar bisa membalas dendam pada Jo Gwan Woong. Seo Hwa menangis lalu memeluk pelayannya.
“Juga, Nona harus tetap hidup…agar bisa menerima saya lagi. Jadi, Nona tidak boleh mati. Jika Nona mati, Nona tidak bisa mencapai apapun.”
“Dam-ah….”
“Nona…”
Keduanya menangis sambil berpelukan.
shot0499 shot0508
Menjelang malam, Gisaeng Chun memasuki kamar Seo Hwa. Ia berkata orang yang akan tidur dengan Seo Hwa sebentar lagi tiba. Ia menyuruh Seo Hwa mempersiapkan diri dan bersikap baik.
Gadis di balik tirai hanya menunduk dan tak mengatakan apapun. Gisaeng Chun menghela nafas panjang lalu berbalik pergi. Tapi ia merasa ada yang tak beres.
shot0514shot0515
Ia berjalan ke belakang tirai dan menyuruh gadis itu mengangkat kepalanya. Dam gemetar ketakutan karena takut ketahuan. Ia tidak mau mengangkat kepalanya. Kepala pelayan mengangkat wajahnya dan terkejut karena melihat Dam, bukannya Seo Hwa. Dam menatap Gisaeng Chun dengan takut.
 shot0521 shot0523
Sementara itu Seo Hwa dan Yoon berlari menembus hutan yang gelap.
Gisaeng Chun menampar Dam. Ia bertanya di mana Seo Hwa. Dam berkata ia tidak tahu, ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa. Gisaeng Chun mengancam akan menghukumnya. Tapi Dam benar-benar tidak tahu. Ia bersumpah ia hanya bertukar pakaian dengan Seo Hwa dan tidak tahu apa-apa.
Masalah semakin gawat karena Jo Gwang Woon sudah tiba di Chunhwagwan. Gisaeng Chun memerintahkan kepala pelayan untuk menyuruh Jang So menangkap Seo Hwa secepatnya tanpa sepengetahuan Jo Gwan Woong.
“Dan kau, Dam. Kau harus melayani Pejabat Jo malam ini.”
“Aku mengerti. Apaaa?! Kepala Gisaeng, aku tidak bisa melakukannya,” kata Dam ketakutan. Ia memohon pada Gisaeng Chun agar menyelamatkannya dan terus menerus memohon ampun.
“Kau harus melayaninya baik-baik dengan mulut tertutup (tidak bersuara). Jika ia tahu kau orangnya (dan bukan Seo Hwa) sebelum ritual pertama, aku sendiri yang akan memenggal kepalamu. Apa kau mengerti??!” kata Gisaeng Chun tegas. Poor Dam T_T
shot0543 shot0544
Orang-orang Gisaeng Chun mulai mencari Seo Hwa dan Yoon di hutan. Wol Ryung duduk di guanya sambil memandangi tali yang pernah dipakai untuk mengikat Seo Hwa. Tiba-tiba burung beterbangan dari pohon dan bersuara riuh. Wol Ryung bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Ia melihat pohon-pohon bergerak gelisah.
  shot0553 shot0555
Gisaeng Chun menemui Jo Gwan Woong yang kesal karena ia sudah menunggu lama. Gisaeng Chun meminta Gwan Woong mengerti, Seo Hwa masih sangat muda. Ia mengajukan permintaan agar lilin dipadamkan saat ritual pertama berlangsung.
“Kami tidak bisa memberitahunya kalau ia akan melayani Tuan. Sekarang ia adalah gisaeng negara tapi Tuan telah membunuh ayahnya. Saya khawatir ia akan mencoba membunuh dirinya sendiri setelah melihat Tuan.”
“Kurasa jika ia menggigit lidahnya (sampai mati) atau semacamnya sebelum kesenangan dimulai, maka itu sama sekali tidak akan menyenangkan. Baiklah, aku mengerti maksudmu,” Jo Gwan Woon meniup lilin di mejanya.
shot0561 shot0566
Kamar gelap gulita. Gisaeng Chun memerintahkan agar gadis itu dibawa masuk. Dam dibawa nasuk. Ia gemetar ketakutan. Saat ia melihat Gisaeng Chun hendak keluar kamar, ia menatapnya dengan pandangan memohon.
shot0569 shot0570
Sebelumnya, rupanya Gisaeng Chun sudah mewanti-wanti agar Dam tidak bersuara sedikitpun sebelum ritual pertama dimulai. Bukan hanya demi nyawa Dam tapi juga demi Seo Hwa yang melarikan diri. Mengingat perkataan Gisaeng Chun, Dam hanya bisa pasrah karena ini demi keselamatan nyawanya dan Seo Hwa.
Gisaeng Chun keluar kamar lalu mengunci pintu. Dam tersentak. Rasa takut menguasainya. Ia berusaha membuka pintu. Tapi Jo Gwan Woon menariknya.
shot0576 shot0578
Dam berusaha berontak tapi Jo Gwan Woong malah semakin senang. Pria itu seperti kesetanan. Dam menangis dalam hati menjerit memanggil Seo Hwa.
Seo Hwa tersandung dan terjatuh. Ia serasa mendengar suara Dam memanggilnya.
shot0587 shot0589
“Apa kakak tidak apa-apa?” tanya Yoon.
“Dam-ah….” gumam Seo Hwa.
Yoon mengingatkan waktu mereka tidak banyak. Mereka harus terus berlari. Seo Hwa teringat permintaan Dam agar ia terus hidup agar bisa membersihkan nama ayahnya dan membalas dendam. Demi keluarganya, juga demi Dam. Hal itu membuat semangat Seo Hwa kembali bangkit. Mereka terus berlari.
shot0590 shot0592
Para pengejar semakin dekat. Mereka menemukan jejak Seo Hwa yang tadi terjatuh. Mereka semakin gigih mengejar.
Kaki Seo Hwa yang terkilir membuatnya tak bisa berlari kencang. Dan ia sudah kelelahan. Berkali-kali ia jatuh.
shot0595 shot0600
Kepala Pelayan dan Gisaeng Chun merasa miris mendengar teriakan-teriakan Dam dari dalam kamar. Kepala pelayan khawatir Dam akan mati. Gisaeng Chun menghela nafas panjang.
“Kau harus bertahan. Hanya jika kau bertahan maka Seo Hwa akan hidup dan kita semua juga akan hidup,” gumam Gisaeng Chun, seakan berbicara pada Dam.
shot0601 shot0604
Seo Hwa akhirnya tak sanggup lagi berlari. Ia menyuruh adiknya melarikan diri sendirian. Yoon tidak mau. Ia lebih baik mati bersama kakaknya daripada hidup sendirian.
“Apa aku bilang aku akan mati? Aku akan bersembunyi, jadi pergilah. Jika kita terus seperti ini, kita berdua akan mati. Jadi kita harus berpisah dan menemukan cara untuk tetap hidup.”
“Tidak, aku tidak bisa meninggalkan kakak!”
shot0607 shot0606
“Kumohon, lakukan seperti apa kataku. Jika kita berdua ditangkap di sini, tidak ada seorang pun yang bisa membersihkan nama ayah. Juga demi Dam. Apa kau tak merasa bersalah padanya? Jadi pergilah sekarang. Aku hanya bisa hidup jika kau pergi. Pergilah. Sekarang!” Seo Hwa mendorong adiknya karena Yoon tak juga pergi.
“Kakak harus tetap hidup. Aku akan menemukan kakak tak peduli di manapun kakak berada. Tak peduli bagaimanapun juga, tetaplah hidup.”
Seo Hwa mengangguk. Yoon dengan berat hati pergi meninggalkan kakaknya.
shot0613 shot0618
Seo Hwa bangkit berdiri. Ia melihat cahaya obor pengejarnya semakin mendekat. Ia tahu ia pasti tertangkap. Ia mengeluarkan tusuk konde dari balik pakaiannya.
“Dam, maafkan aku. Kurasa ini adalah akhirku. Tapi setidaknya, Jung Yoon akan hidup. Tolong maafkan aku.”
Seo Hwa mengangkat tusuk kondenya. Tiba-tiba sebutir cahaya biru melintas di depan matanya. Seo Hwa terpana melihat butiran cahaya itu beterbangan di sekitarnya. Kesadarannya menghilang, tusuk konde terjatuh dari genggamannya.
shot0626 shot0629
Seo Hwa jatuh pingsan, tapi seseorang menopangnya sebelum ia jatuh ke tanah. Siapa lagi kalau bukan Wol Ryung. Wol Ryung menatap Seo Hwa yang pingsan dalam pelukannya. Pelan-pelan Seo Hwa membuka matanya menatap Wol Ryung.
“Tolong…tolong aku…” Seo Hwa kembali pingsan.
shot0659 shot0660
Para pengejar tiba-tiba melihat butiran cahaya biru yang sama beterbangan di sekita mereka. Mereka berhenti.
“Apa ini? Kunang-kunang?” tanya Jang So sambil tetap waspada.
“Bukan,” kata pemimpin mereka.
“Jika bukan kunang-kunang, lalu apa? Jangan-jangan…cahaya gaib (cahaya yang menurut legenda dipercaya sering terlihat jika ada makhluk gaib)?!” Jang So mulai takut.
“Cahaya gaib?!” yang lain ikut ketakutan.
shot0667 shot0669
Mereka lalu melihat ada sesuatu di tengah kegelapan.
“Apa kau manusia?” tanya pemimpin kelompok pada sosok itu. “Jika iya, jawab kami!”
Sosok itu hanya diam tak menjawab. Tentu saja semua semakin takut karena itu artinya sosok itu bukan manusia. Mereka bertanya-tanya apakah sosok itu harimau atau serigala. Tapi pemimpin kelompok berpendapat sosok itu bukan binatang.
shot0674 shot0675
Pemimpin kelompok yang berani, mencabut pedangnya lalu berjalan mendekati sosok itu. Tiba-tiba ia seperti menabrak dinding yang tak terlihat dan jatuh terjengkang. Pedangnya terlempar ke atas lalu jatuh menancap di tanah, tepat di antara kedua kakinya.
Wol Ryung dikelilingi oelh sinar suram hingga sosoknya mulai terlihat. Tapi para pengejar masih ragu apakah Wol Ryung manusia atau bukan.
“Keluar dari hutan ini” seru Wol Ryung dengan suara menggeram.
Pemimpin kelompok mencoba mengusir Wol Ryung. Wol Ryung menggeram marah. Matanya bersinar.
shot0681 shot0689
Ia menggerakkan tangannya. Angin bertiup kencang di sekitar mereka, menerbangkan daun-daunan kering. Tiba-tiba dedaunan kering itu membentuk wajah gumiho lengkap dengan mata yang bersinar. Para pengejar ketakutan.
“Tinggalkan gunung ini!!” Geram Wol Ryung. Ia mengerahkan kekuatannya. Daun-daunan kering membentuk aliran-aliran yang menerjang para pengejar. Para pengejar menutup telinga mereka karena tidak tahan mendengar suara berdesing yang keras. Mereka akhirnya melarikan diri.
shot0699 shot0714
Jo Gwan Woong keluar dari kamarnya sambil berteriak memanggil Gisaeng Chun. Ia tampak sangat sangat marah. O-ow…
Begitu melihat Gisaeng Chun, ia langsung menamparnya dengan keras. Gisaeng Chun tidak nampak takut.
“Ada apa ini?” tanyanya.
“Beraninya kau menipuku! Beraninya kau membodohiku dengan pelayan!”
shot0738 shot0741
Gisaeng Chun melihat Dam sedang menangis di kamar. Mereka sudah ketahuan. Ia hanya bisa terdiam pasrah. Jo Gwang Woon mencengkeram Gisaeng Chun.
shot0742 shot0743
“Di mana Seo Hwa! Berikan Seo Hwa padaku sekarang juga!” Ini orang udah gila kali ya ~,~
“Tuan hanya bisa meniduri gisaeng negara seteah ia terdaftar resmi. Jadi, jika Tuan ingin menidurinya, kembalilah setelah ia terdaftar resmi. Dengan senang hati saya akan menyerahkannya pada Tuan.”
“Kau pasti ingin mati! Kau pasti benar-benar ingin mati!” kata Jo Gwan Woong marah.
“Jika saya mati, apa Tuan akan merasa lebih baik?” tantang Gisaeng Chun.
“Apa? Ambil pedangku! Ambil pedangku di kamar sekarang juga!” seru Jo Gila Woong Edan.
shot0746 shot0753
Sebenarnya Gisaeng Chun ingin menyembunyikan berita kaburnya Seo Hwa lebih lama lagi, berharap Seo Hwa tertangkap anak buahnya dan semuanya akan baik-baik saja. Tapi pelayan kepala ketakutan. Ia memberitahu Jo Gwan Woong kalau Seo Hwa telah melarikan diri.
“Diamlah, kepala pelayan!” Gisaeng Chun mengingatkan. Tapi kepala pelayan terus menyerocos kalau Seo Hwa melarikan diri setelah mereka mendandaninya. Seo Hwa-lah yang harus dibunuh, bukan Gisaeng Chun.
Jo Gwang Woon terkejut. Gisaeng Chun meminta Jo Gwang Woon melupakan apa yang baru saja ia dengar. Jika penguasa tahu Seo Hwa melarikan diri maka Seo Hwa akan mati.
“Anak itu masih muda. Mohon berikan kesempatan satu kali lagi padanya, Tuan. Saya berjanji akan membawanya kembali.”
shot0756 shot0764
Jo Gwang Woon melepaskan cengkeramannya pada Gisaeng Chun. Alih-alih mengikuti permintaan Gisaeng Chun, ia malah menyuruh anak buahnya melaporkan pada penguasa kalau ada budak negara yang melarikan diri. Bahkan ia memerintahkan untuk mempersiapkan para pemburu budak agar menangkap budak yang kabur (jadi inget Chuno).
Gisaeng Chun terpekur mendengar perintah itu. Ia melihat Dam dengan sedih. Tampaknya ia bukan orang yang dingin seperti yang diperlihatkannya.
shot0773 shot0774
Yoon terbangun di hutan. Ia pergi membasuh wajahnya di sungai kecil. Ia memikirkan bagaimana nasib kakaknya sekarang ini. Terdengar langkah kaki mendekatinya.
Yoon menoleh. Tiga orang aneh dan lusuh menatapnya sambil tersenyum mengerikan. Ternyata mereka pemburu budak yang dikerahkan Jo Gwan Woong. Tanpa membutuhkan waktu lama, Yoon tertangkap.
shot0785 shot0789
Dam mendengar kabar ini dari seorang gisaeng. Ia segera berlari ke kota karena kabarnya Yoon akan dieksekusi hari ini. Ia menerobos kerumunan orang yang berkumpul di tempat eksekusi.
Yoon berdiri di depan tali gantungan dengan wajah babak belur. Dam menangis memanggil Tuan Mudanya.
“Dam-ah…” panggil Yoon.
shot0794 shot0796
Tapi belum sempat ia berbicara lagi, tali gantungan dilingkarkan ke lehernya. Jo Gwan Woong mengendarai kudanya ke tempat eksekusi.
“Kutanya kau untuk yang terakhir kalinya. Ke mana Seo Hwa melarikan diri?”
“Sungguh sebuah tragedi aku harus mati sebelum mematahkan lehermu! Hanya itulah penyesalanku!” seru Yoon tanpa takut.
Jo Gwang Woon tersenyum sinis. “Gantung dia!”
  shot0804 shot0808
Seluruh penduduk memalingkan wajah mereka melihat eksekusi mengerikan itu. Dam tertegun melihat Tuan mudanya. Dengan sisa kekuatannya, Yoon menatap Dam.
“Dam-ah, terima kasih. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu bahkan setelah kehidupan berikutnya,” katanya dalam hati.
“Tuan muda…” panggil Dam dalam hati.
shot0822 shot0823
Mereka mengenang masa lalu mereka yang menyenangkan saat bersama.
shot0827 shot0828
Dam kembali ke Chunhwagwan dengan hati hancur. Ia memandang tiang penopang kamar.
shot0833 shot0835
Jang So melaporkan apa yang ia lihat pada Gisaeng Chun. Gisaeng Chun awalnya tak percaya. Tapi Jang So yakin ia telah melihat gumiho. Bahkan ia melebih-lebihkan kalau gumiho itu berekor sembilan (dalam legendanya, gumiho memang rubah berekor sembilan, tapi biasanya berwujud wanita).
shot0838 shot0842
Di tempat lain, Jo Gwan Woong juga tidak percaya saat mendengar laporan itu. Tapi saksi matanya ada 7-8 orang hingga tak mungkin itu hanya ilusi semata. Ia bertanya di mana Seo Hwa.
Jang So yakin Seo Hwa sudah menjadi korban gumiho. Gumiho dikenal menyukai hati(liver) manusia. Gisang Chun nampak sedih mendengar kabar itu. Ditambah lagi kabar buruk yang dibawa seorang gisaeng.
Mereka menemukan Dam telah mati menggantung diri.
shot0846 shot0856
Seo Hwa terbangun. Ia mengernyit karena kakinya sakit. Tapi kakinya telah dibalut kain. Ia lalu melihat sekelilingnya. Ternyata ia berada di dalam sebuah gua.
shot0865 shot0870
Seo Hwa berjalan keluar gua. Di luar gua beterbangan cahaya-cahaya biru yang sempat dilihatnya sebelum ia pingsan. Aneh namun sangat indah.
“Apa kau sudah bangun?” terdengar suara dari belakangnya.
shot0878 shot0880
Seo Hwa berbalik. Wol Ryung tersenyum ramah padanya.
“Siapa kau?” tanya Seo Hwa.
“Aku khawatir karena kau tidak bangun juga. Bagaimana keadaanmu?”
“Siapa kau?!” kata Seo Hwa waspada.
shot0881 shot0884
“Aku Gu Wol Ryung. Jangan khawatir, aku telah mengusir mereka yang mengejarmu. Di tempat ini tidak ada yang bisa mengejarmu. Tidak ada yang akan mengikatmu di pohon atau mengancam hidupmu.”
Seo Hwa melihat Wol Ryung dengan penuh rasa ingin tahu. Is he a good guy or a bad one? Jelas baik dong, liat aja senyumnya ;)
shot0889 shot0890
Jo Gwan Woon memanggil Dam Pyung Joon (sepertinya ia kepala polisi. Dan ia ayah Yeo Wool). Ia tahu ia dipanggil karena ada kabar mengenai keberadaan gumiho di gunung.
“Tak peduli benar ada gumiho atau tidak. Makhluk seperti itu tidak seharusnya berkeliaran bebas. Bagaimana bisa rakyat hidup tenang? Tidakkah kau setuju?”
“Tentu saja, Tuan. Saya, Dam Pyung Joon, akan mengobrak-abrik hutan jika perlu untuk menangkapnya.”
shot0896 shot0900
Dam Pyung Joon membawa pasukan untuk menyisir hutan mencari gumiho. Mereka dipandu oleh pemimpin kelompok Gisaeng Chun yang masih ingat tempat semalam.
Biksu So Jung melihat barisan itu dari balik pohon. Ia merasa Wol Ryung dalam bahaya dan pergi mencarinya.
shot0904 shot0908
Tapi di sekitar gua Wol Ryung, ia malah melihat seorang gadis. So Jung bengong.
“Ada apa, So Jung?” sapa Wol Ryung. “ Kau bilang kau baru kembali sebulan lagi.”
“Begini, ada sekelompok tentara di gunung. Tapi, siapa wanita itu?”
Wol Ryung tersenyum hangat sambil meliat Seo Hwa. “Yoon Seo Hwa.”
“Yoon Seo Hwa?”
So Jung menoleh melihat Seo Hwa. Seo Hwa mengangguk hormat.
“Dia yang diikat di pohon aib,” Wol Ryung mengingatkan. “Apa kau tidak ingat?”
“Jadi kau melakukannya juga?”
shot0924 shot0926
“Dia dulu yang datang ke hutanku. Ia meminta pertolongan, jadi…”
“Keluarkan dia dari gunung ini sekarang juga!” kata So Jung. Mereka berbicara agak berbisik hingga Seo Hwa tak bisa mendengar.
Wol Ryung berkata Seo Hwa bisa tertangkap dan mati jika keluar dari gunung.
“Mati atau tidak, itu adalah takdirnya! Itu bukan urusanmu! Berapa kali aku harus memberitahumu?” kata Do Jung frustrasi.
“Tidak. Ini menjadi urusanku sekarang.”
shot0931 shot0936
“Sejak kapan takdir manusia menjadi urusanmu?!”
Wol Ryung kembali melihat Seo Hwa. Sambil tersenyum ia berkata ia telah memberikan hatinya pada Seo Hwa.
“Maksudku, bagaimana bisa kau….. eh, apa?” tanya So Jung kaget.
“Jadi aku sedang berpikir, bagaimana aku bisa menemukan buku keluarga Gu?”
“Untuk apa kau menyebut-nyebut buku keluarga Gu?” So Jung tersadar, “Jangan-jangan,…..”
“Ya, aku ingin menjadi manusia,” kata Wol Ryung mantap.
shot0943 shot0944
Perintah yang dterima Dam Pyung Joon adalah menangkap gumiho dan menemukan mayat Seo Hwa. Mereka telah tiba di tempat Wol Ryung menampakkan diri semalam.
Seeokor elang terbang dari hutan, melintasi tempat Wol Ryung tinggal.
“Ini adalah gunung misterius. Tidak terjamah kaki manusia. Tempat di mana makhluk gaib yang melindungi gunung kadang-kadang menampakkan diri. Di tempat yang disebut Taman Cahaya Bulan ini, kisah sedih mereka baru saja dimulai.”
shot0958 shot0967
“Apa kau bilang? Kau ingin menjadi manusia?” tanya So Jung.
“Benar.”
“Kau? Kau?”
“Benar. Aku ingin menjadi manusia.”
Seo Hwa melihat ke arah mereka. Wol Ryung tersenyum padanya.
shot0980shot0974 

http://www.kdramatized.com/2013/04/sinopsis-gu-family-book-episode-1.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar