Walau terkejut, Biksu So Jung
senang melihat kedatangan teman lamanya itu dan berkomentar kalau Wol Ryung tak
berubah sedikitpun. Wol Ryung menjawab kalau temannya itu sudah kelihatan
menua.
Biksu So Jung tersenyum dan
berkata kalau tak ada manusia yang dapat menipu waktu. Wol Ryung heran dengan
sikap manusia yang tak dapat hidup 100 tahun tapi bertingkah seakan-akan bisa
hidup selama 1000 tahun, “Benar-benar menyedihkan
Melihat wujud Wol Ryung sekarang,
Biksu So Jung bertanya bagaimana Wol Ryung bisa hidup kembali. Apa mungkin Wol
Ryung sekarang sudah menjadi Iblis seribu tahun?
Wol Ryung malah balik bertanya.
Di hutan, ia bertemu seseorang yang berpenampakan aneh. Bukan manusia bukan
pula gumiho, seperti gabungan antara keduanya, “Dan ia memakai gelangmu.
Siapakah dia?”
Sementara Kang Chi berlari untuk
menepati janji pertemuannya, Yeo Wool berjongkok dan menggerutu, menduga kalau
Kang Chi mungkin lupa akan janji mereka. Dan ia senang melihat Kang Chi datang.
Ia segera berdiri menyambutnya.
Tapi Kang Chi tak mengenali Yeo Wool, hanya melewatinya malah tak sengaja
menyenggolnya. Jubah Yeo Wool terlepas.
Kang Chi menoleh dan buru-buru
meminta maaf pada gadis yang ditabraknya. Ia pun berbalik lagi, namun
langkahnya terhenti saat gadis itu memanggilnya, “Kang Chi-ya.”
Ia berbalik dan melihat gadis itu
sekali lagi. Dari ujung rambut ke ujung kaki dan bertanya, “Dam Yeo Wool, itu
kau?”
Yeo Wool salah tingkah dan
mengangguk. Kang Chi terus memandangi Yeo Wool, terpana melihatnya.
Di Penginapan 100 tahun, Soo Ryun
memainkan tarian 5 Tamburnya di hadapan tamu wanita Jepang itu. Chung Jo
tersenyum bangga melihat pertunjukkan Soo Ryun itu.
Masih terkesima, Kang Chi
mendekati Yeo Wool yang terus tersenyum dan mulai bertanya, “Kau..” tapi
berhenti dan ia menatap Yeo Wool dari atas ke bawah lagi, “Kenapa kau kelihatan
seperti ini?”
Gubrak! Senyum Yeo Wool hilang,
tak menyangka pada reaksi Kang Chi, “Kadang aku berdandan seperti ini. Kenapa? Apa
tampak aneh?”
Tatapan Kang Chi tetap tak lepas
dari wajah Yeo Wool. Ia terus dan terus memandang, dan kemudian mengangguk,
“Euhh..”
“Aneh dimananya?”
“Hanya..” Kang Chi masih tetap
terkesima, “Semuanya..”
Haduhhh… Kayanya otak dan mulut
Kang Chi nggak sinkron, deh..
Sekarang ganti Yeo Wool yang ternganga
mendengar jawaban Kang Chi. Dan ia langsung pergi dengan kesal. Kang Chi
buru-buru mengejarnya. Ia masih belum mengerti kenapa Yeo Wool meninggalkannya,
yang segera dijawab ketus oleh Yeo Wool, “Katamu aku kelihatan aneh. Kau pasti
tak ingin kelihatan bersama si aneh ini.”
“Bukan itu maksudku,” Kang Chi
mencoba meng-undo ucapannya tadi. Yeo Wool pun berbalik, membuat Kang Chi
membeku karena sekarang wajah Yeo Wool sangat dekat dengannya dan bertanya, “
Kalau begitu katakan padaku, dimana anehnya?”
Kang Chi terbata-bata
menjawabnya, “Itu..” dan Yeo Wool juga tak membantunya, malah terus bertanya,
“Itu apa?”
“Itu..” Kang Chi kembali
memandangi Yeo Wool, “Karena ini tak seperti dirimu. Kau kelihatan seperti
orang lain dan ini mengejutkanku. Itu sebenarnya maksudku.”
“Tapi ini juga aku,” cetus Yeo
Wool.
“Iya.. Aku mengerti. Jangan
marah,” bujuk Kang Chi.
Kemarahan Yeo Wool pun surut tapi
ia tetap menggerutu sendiri, “Hhh.. aku tak tahu apa yang harus kulakukan
dengan dirimu.” Yeo Wool pun beranjak pergi.
Kang Chi terbelalak melihat Yeo
Wool yang tetap akan meninggalkannya. Ia pun menahan gadis itu dengan mengambil
sejumput kain di bahunya dan bertanya kemana Yeo Wool akan pergi. LOL, dikit
amat megang baju Yeo Wool? Bukannya biasanya Yeo Wool malah di-smack down?
“Sekarang kan Festival
Lampion. Aku harus membeli lampion untuk
membuat harapan,” kata Yeo Wool sambil mengedikkan bahunya. Pegangan Kang Chi
yang sejumput itu langsung lepas, dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi yang
kebingungan.
Yeo Wool dan Kang Chi tersenyum
melihat lampion yang baru saja digantungkan. Yeo Wool bertanya pendapat Kang
Chi tentang lampion itu. Kang Chi sangat menyukainya, tapi bertanya mana
lampion Yeo Wool?
“Aku baru saja
menggantungkannya,” jawab Yeo Wool, membuat Kang Chi menoleh lagi pada lampion
yang ia kira adalah miliknya karena harapan yang tertulis itu adalah
harapannya. Tapi Yeo Wool mengatakan kalau itu adalah lampionnya dan itu adalah
harapannya, “Menemukan buku keluarga Gu dengan cepat dan membuatmu menjadi
manusia seutuhnya. Itulah harapanku.”
Kang Chi terpana mendengar
jawaban Yeo Wool. Tanpa menoleh, Yeo Wool berkata pada Kang Chi, “Berhenti
menatapku seperti itu. Kau membuat wajahku memerah.”
Kang Chi tersipu malu dan
mengangguk. Dan kali ini Yeo Wool tersenyum padanya, membuat Kang Chi semakin
salah tingkah. Mereka pun memandangi lampion itu bersama-sama dan kadang saling mencuri pandang. Aww.. so cute.
Tapi ada yang mengawasi mereka
dari kejauhan. Wol Ryung. Dan Kang Chi
dapat merasakan kalau ia sedang diawasi. Namun saat ia menoleh ke arah Wol
Ryung berdiri, Wol Ryung telah menghilang.
Soo Ryun mempertunjukkan
tariannya dengan sangat mengesankan. Semua orang bertepuk tangan, puas. Tapi
tidak dengan wanita itu. Dalam bahasa Jepang, ia berkomentar kalau pertunjukan
itu sangatlah mengecewakan. Soo Ryun jelas sudah berumur dan tak mampu lagi
menunjukkan tarian sebagus tariannya dulu.
Tak seorang pun mengerti ucapan
wanita itu dalam bahasa Jepang, bahkan Jo Gwan Woong pun juga tak mengerti
bahasa Jepang. Wanita itu beranjak pergi, namun (entah Soo Ryun mengerti bahasa
Jepang atau melihat dari bahasa tubuh wanita itu) Soo Ryun (dalam bahasa Korea)
meminta maaf atas tariannya tak mampu menyenangkan hati wanita itu.
Jo Gwan Woong bertanya apakah
tarian Soo Ryun tak sesuai dengan keinginan tamunya? Asisten wanita itu
menjelaskan apa yang dikatakan nyonyanya kalau tarian Soo Ryun sangatlah
memalukan. Semua orang terkejut.
Wol Sun yang berada di samping Jo
Gwan Woong tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjatuhkan Soo Ryun,
“Sebagai kepala gisaeng mendapat kritikan pedas seperti itu, pasti tak ada yang
lebih memalukan daripada ini. Bukan begitu, Tuan?”
Chung Jo yang tak terima Soo Ryun
dikritik seperti itu. Ia langsung maju ke depan dan bertanya pada tamu Jepang
itu untuk menjelaskan bagian mana dari pertunjukan Soo Ryun yang memalukan,
“Walau sudah 10 tahun tak menari lagi, tarian yang dipertontonkan ini sangatlah
anggun dan lebih gemulai daripada seekor burung. Jadi di bagian mana Anda
merasa tak puas?”
Semua terdiam mendengar
pertanyaan tajam Chung Jo. Soo Ryun meminta maaf atas kelancangan muridnya yang
masih baru dan belum sempurna.
Tapi tamu itu memberi jawaban
yang mengagetkan. Dalam bahasa Korea yang fasih, tamu itu mengatakan kalau
tarian Soo Ryun tak memiliki emosi dan si penari tak memberikan seluruh hatinya
untuk pertunjukan tadi. Dan ia pun beranjak pergi.
Jo Gwan Woong juga ikut
meninggalkan tempat setelah menghina Soo Ryun yang ia anggap merusak malam ini.
Wol Sun senang mendengarnya. Tapi tidak dengan Chung Jo.
Jo Gwan Woong menemui tamu itu
yang akan kembali ke ruangannya, dan meminta maaf karena ketidakpuasan ini.
Tapi ia juga mengomentari kefasihan bahasa Korea wanita itu. Asisten wanita itu
yang memberi jawaban kalau Nyonya dan mendiang Tuannya mempelajari bahasa Korea
bersama-sama dan bahkan ia juga mengajarkan bahasa itu.
Namun Jo Gwan Woong masih tetap
berkomentar kalau dari kefasihan wanita itu, membuat orang menyangka kalau
tamunya ini adalah asli orang Korea. Dari balik topi cadarnya, wanita Jepang
itu hanya diam dan berlalu pergi.
Jo Gwan Woong terus memandangi
wanita itu hingga rombongan itu pergi.
Soo Ryun menemui Jo Gwan Woong
untuk meminta maaf. Tapi Jo Gwan Woong menyuruh Soo Ryun untuk meminta maaf
secara langsung pada tamunya, atas ketidakpuasan tadi dan aksi Chung Jo.
Chung Jo berjalan-jalan keluar,
menikmati festival lampion dengan ditemani oleh pelayan Chunhwagwan. Dan tanpa
terasa, ingatannya kembali pada festival lampion tahun lalu, dimana ia
bergembira bersama Kang Chi dan Tae Soo.
Saat melihat lampion harapan Tae
Soo terpasang, Kang Chi dan Chung Jo langsung mengoloknya yang membuat harapan
yang sama terus menerus dari tahun ke tahun. Tapi memang itulah harapan Tae
Soo, “Aku berdoa untuk kesehatan orang tuaku dan ..”
“… kesuksesan Penginapan 100
tahun!” potong Kang Chi dan Chung Jo bersamaan. Mereka pun berdua terbahak-bahak
saat mengatakannya. “Bagaimana mungkin tiap tahun kau menulis harapan yang
bahkan kata per katanya pun tetap sama?” olok Kang Chi.
Walau tersipu, tapi Tae Soo
mengatakan kalau hanya itulah memang harapannya. Maka Kang Chi pun menyuruh
agar Tae Soo menambahkan satu harapan lagi di lampionnya, “Kumohon agar aku
dapat bertemu dengan gadis cantik dan menikahinya. Titik.”
Chung Jo menyela dan mengatakan
kala ia sudah menuliskan harapan itu di lampionnya, “Bagaimana mungkin aku
membiarkan kakakku satu-satunya menghabiskan hidupnya sendirian saja?”
Tae Soo kesal karena mereka terus
mengolok-oloknya dan mengejar mereka. Kang Chi pun tertangkap dan ia pura-pura
mencekiknya. Sambil tertawa-tawa, Chung Jo memukuli punggung kakaknya.
Betapa bahagia masa-masa itu. Chung
Jo hanya dapat menatap lampion yang bergelantungan dengan penuh kenangan.
Dan kenangan itu seakan menjadi
kenyataan, saat Chung Jo melihat Kang Chi berjalan ke arahnya dan tertegun saat
melihatnya. Chung Jo pun tercekat, tak mampu menyapa.
Beberapa orang yang berada di
antara mereka, pergi, dan saat itulah Chung Jo melihat kalau Kang Chi tak
sendiri. Ada Yeo Wool yang berdandan cantik dan memakai hanbok yang akhirnya
juga melihat Chung Jo.
Perlahan Kang Chi menyapa, tapi
Chung Jo berbalik pergi. Hanya saja ia tak melihat depan sehingga menabrak
seorang pria. Buru-buru ia minta maaf, tapi orang yang mabuk itu melihat kalau
ia ditabrak seorang gisaeng cantik dan mulai menggodanya.
Pria itu hendak menyentuh Chung
Jo, tapi Kang Chi menahan tangannya dan mengusir pria itu pergi. Dan Kang Chi
pun mengantar Chung Jo pulang, meninggalkan Yeo Wool.
Mereka berjalan, tak mengeluarkan
sepatah katapun. Hanya sesampainya di depan Chunhwagwan, Kang Chi bertanya
apakah Chung Jo masih takut padanya? “Maafkan aku yang tak memberitahu
sebelumnya. Aku tak tahu bagaimana mengatakannya sehingga aku menundanya
terus.”
“Apakah ia tahu?” tanya Chung Jo.
Tak mendapat jawaban, ia pun menjelaskan maksudnya, “Gadiis yang bersamamu
sebelumnya, Dam Yeo Wool. Apakah ia tahu tentang wujudmu yang sebenrnya?”
Kang Chi mengiyakan dan Chung Jo
merasa sedih mendengarnya. Tapi saat ia berbalik, ia memasang wajah gisaeng
terbaiknya dan berterima kasih atas bantuan Kang Chi “Jika kau mengunjungi
Chunhwagwan, aku akan membalas kebaikanmu ini dengan minuman.”
“Chung jo-ya.. apa yang kau..”
“Seorang gisaeng sedang
menawarimu minum, kenapa kau tak menerimanya?” tanya Chung Jo menyela.
“Jangan berkata seperti itu,”
hardik Kang Chi. “Apapun yang kau pakai, dimanapun kau tinggal, bagiku… Kau
tetap menjadi Park Chung Jo. Jadi jangan berpura-pura menjadi seseorang yang
lain dan jangan pernah berkata seperti itu lagi.”
“Jadi apa kau ingin mengatakan
seorang gisaeng harus menjalani hidupnya, berpura-pura dengan tak menjadi
gisaeng?” balas Chung Jo. “Sama seperti seorang monster yang berpura-pura tak
menjadi monster dan hidup sebagai manusia? Aku ingin tahu mana yang lebih
berat: Menerima takdir dan hidup sebagai takdir itu atau mengingkari takdir itu
seumur hidupmu.”
Kang Chi tertegun mendengar
jawaban Chung Jo yang langsung masuk ke Chunhwagwan.
Tak diketahui oleh Kang Chi,
Chung Jo menahan tangis di balik pintu.
Menjelang pagi, Kang Chi kembali
ke tempat semula dengan gontai. Tak disangka-sangka, Yeo Wool ternyata masih
berdiri di tempat yang sama walau sekarang sudah berganti baju seperti
biasanya.
Astaga.. Yeo Wool menunggui Kang
Chi dari tadi malam? Kang Chi-yaa… don’t break her heart, please.
Yeo Wool akhirnya melihat Kang Chi dan
memasang senyumnya saat menghampiri, “Apakah ia sudah kembali dengan selamat?” Kang Chi mengangguk
dan berkata kalau Yeo Wool telah kembali menjadi Yeo Wool yang sebelumnya.
Kang Chi mengajak Yeo Wool pergi,
tapi Yeo Wool menghentikannya dan berkata kalau Chung Jo masih tetap orang
terpenting bagi Kang Chi, “Yang tak akan pernah tergantikan dari pikiranmu.
Iya, kan?”
Kang Chi tak tahu bagaimana
menjawabnya, dan Yeo Wool pun minta maaf karena membuat Kang Chi canggung. Ia
pun berbalik pergi.
Kang Chi tertegun melihat Yeo
Wool yang berjalan menjauh darinya. Ia buru-buru mengejar Yeo Wool dan menarik
tangannya. Yeo Wool berbalik, menunggu Kang Chi berbicara. Tapi Kang Chi hanya
memandang Yeo Wool, matanya menyiratkan banyak hal, Dan akhirnya mulutnya
berkata, “.. aku lapar.”
Gubrak! Beneran deh.. Kang Chi.
Mata laparmu tuh bukan seperti itu. Mata laparmu tuh saat disiksa oleh Guru
Gong Dal.
Kang Chi pun sepertinya juga terkejut pada apa yang keluar dari mulutnya. Ia pun buru-buru berkata kalau mereka sudah terjaga semalaman, dan mungkin enak kalau sekarang makan sup. Yeo Wool hanya tertawa mendengar penjelasan Kang Chi.
Gon marah mendengar laporan Sung yang mengatakan kalau Kang Chi dan Yeo Wool tak di tempat. Semakin marah saat mendengar kalau mereka pergi semalaman. Gon menggeram kalau ia akan mencari Kang Chi untuk membunuhnya. Tapi Guru Gong Dal langsung menghalanginya dan menyuruh Sung untuk memegangi Gon.
Gon meminta mereka untuk melepaskannya agar ia bisa membunuh Kang Chi. Tapi Guru Gong Dal mengingatkannya kalau Guru Dam mengetahuinya, maka tak hanya Kang Chi, Yeo Wool pun bisa mati.
Dan orang itu pun muncul. Mereka pun saling melepaskan diri dan Guru Gong Dal berkata kalau ia dan Gong hanya sedang berolah raga “Ya, kan Gon?”
Gon menunduk dan mengiyakan. LOL, Gon ini sepertinya polos banget dan tak bisa berbohong. Karena saat Guru Dam menanyainya tentang keberadaan Yeo Wool, Gon hanya bisa, “Eeee… Eeee…”
“Aku menyuruhnya pergi untuk suatu urusan,” Guru Gong Dal yang menjawabnya, Guru Dam pun bertanya tentang keberadaan Kang Chi dan Guru Gong Dal menjawab kalau ia menyuruh mereka berdua pergi, “Betul, kan, Gon?”
Gon kembali menunduk dan mengiyakan walau mendongkol. Haha… mukanya itu loh.. Untung Guru Dam percaya dan berlalu pergi.
Mendadak seorang murid terburu-buru datang dan memberitahukan kalau salah satu murid ditemukan tewas
Semua ternganga melihat mayat
gosong yang tergantung di atas pohon. Guru Dam bertanya pada Guru Gong Dal,
kemana sebenarnya Kang Chi dan Yeo Wool. Kali ini Guru Gong Dal tak bisa
menjawab.
Keduanya ternyata sedang sarapan dan Kang Chi bahkan menghabiskan sup milik Yeo Wool karena Yeo Wool merasa tak bisa makan banyak saat sarapan.
Tiba-tiba terdengar suara dari meja sebelah yang membatalkan pesanan sup mereka karena, “Rasanya nafsu makanku hilang karena sampah itu.”
Pria yang bersuara itu seperti preman dan Yeo Wool tahu apa yang dimaksud dengan kata-kata itu, maka ia pun bertanya, “Apa yang kau maksud dengan sampah? Apa yang kau maksud sampah itu, kami?”
Pria itu membenarkan karena Kang Chi adalah pembunuh berarti Kang Chi adalah sampah. Yeo Wool menggebrak meja dan mendatangi kedua pria itu, “Siapa yang kau maksud dengan pembunuh?!”
Kang Chi mencoba menenangkan Yeo
Wool, tapi Yeo Wool tak mau. Mereka harus mengkoreksi pendapat orang-orang ini
dan sampai kapan Kang Chi akan menerima tuduhan ini? Kang Chi memberitahu kalau
Tuan Park meninggal karena ia tak dapat melindungi Tuan Park, “Jadi walau
mereka menyumpahiku, aku akan menerimanya.”
Pria itu buka mulut, menyuruh Yeo Wool berhati-hati karena Kang Chi bisa berbalik menyerangnya juga. Yeo Wool langsung mengganjarnya dengan tendangan ke wajah. Cool..
Pria itu marah dan menyerang Yeo Wool. Tapi kali ini Kang Chi yang menahan tinjunya, “Kami mengerti maksudmu, jadi jangan cari masalah lagi.”
Pria itu masih ingin mencari gara-gara lagi, tapi mendadak muncul suara, “Siapa yang pagi-pagi sudah membuat keributan?” Para pelanggan lainnya langsung kabur karena yang datang adalah si preman Bong Chul yang pura-pura kaget melihat Kang Chi.
Bong Chul pun bertanya lagi mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan? Anak buah Kang Chi membentak Kang Chi yang tak menjawab. Tapi Bong Chul malah memukul anak buahnya, “Bodoh!”
Ia menatap Kang Chi dan bersuara manis, “Aku tak menanyai mereka,” dan suaranya mengertak saat menghadap pria itu, “Tapi menanyainya. Kalian, preman kacangan. Kenapa kau menganggu Kang Chi-ku?”
Jiaahhh.. Kang Chi-ku?
Pria itu bengong melihat perlakukan Bong Chul yang berubah, begitu pula dengan anak buah Bong Chul. Apalagi saat Bong Chul mengusir mereka dengan keras dan menyapa Kang Chi dengan lembut, “Wahh.. apakah kamu sudah sarapan?” tanya Bong Chul sambil mengelus perut Kang Chi.
Bwahaha.. Bong Chul yang baru ini sama ngerinya dengan Bong Chul yang lama.
Lagi-lagi anak buah itu mendapat pukulan, “Kenapa menyebutnya Choi Kang Chi? Mulai sekarang kau harus memanggilnya dengan sebutan Kang Chi-nim atau aku akan memotongmu.”
Kang Chi pun juga merasa tak enak dengan perlakuan Bong Chul, ia bertanya mengapa Bong Chul seperti ini? Kembali Bong Chul menjawab dengan lembut kalau Kang Chi tak perlu malu. Ia adalah orang yang mengenal balas budi.
Yeo Wool menyenggol Kang Chi, bertanya apa maksudnya? Kang Chi tak menjawab, malah menyuruh Bong Chul untuk menutup mulut. Dan Bong Chul pun menyetujuinya.
“Tentu saja. Jika kau memintanya, aku akan menutup mulutku, Penyelamat hidupku,” kata Bong Chul manis, “Jika kau menghadapi masalah, panggil saja diriku. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan datang dan menyelesaikannya,” janji Bong Chul dan ia menyegel janji itu dengan mengedipkan matanya.
Bwahahaha… tak hanya satu kali tapi dua kali. Tak hanya Kang Chi dan Yeo Wool yang bergidik, anak buahnya pun juga ngeri melihat bosnya yang kecentilan.
LOL LOL LOL LOL… Astaga.. dulu sudah mengira kalau Bong Chul akan memihak Kang Chi, tapi nggak mengira akan secentil ini keberpihakannya.
Kang Chi dan Yeo Wool pergi diantar oleh para preman itu dan Yeo Wool menyelamati Kang Chi yang sekarang mempunyai orang kuat yang menjaganya.
Di tengah jalan, mereka menemukan Gon yang ternyata sedang mencari-cari mereka. Buru-buru Yeo Wool menyembunyikan bungkusan hanbok ke belakang. Ia kaget saat diberitahu kalau ayahnya sedang mencarinya, “Apakah aku ketahuan? Apakah Kang Chi juga ketahuan?” tanyanya panik.
“Tak mungkin..” kata Kang Chi menenangkan, tapi ia pun bertanya dengan khawatir, “Apakah kami ketahuan?” Ha.. siapa suruh ngajak anak gadis pulang pagi?
Walaupun Gon kesal, tapi ada hal yang lebih penting yang harus mereka tahu, yaitu salah satu murid telah meninggal.
Kang Chi menuju ruang tempat
mayat dibaringkan untuk melihatnya. Tapi murid-murid tak mau Kang Chi mendekati
mayat temannya dan malah bertanya kemana
Kang Chi pergi semalam tadi. Tae Soo
mengingatkan mereka untuk menghormati orang yang sedang berduka. Tapi murid-murid itu tak peduli dan tetap
bertanya apa yang Kang Chi lakukan semalam tadi. Kang Chi tak bisa menjawab.
Tapi Yeo Wool berani mengakui pada ayahnya kalau ia pergi ke Festival Lampion dengan Kang Chi. Guru Dam marah karena sekarang semua sedang mengkhawatirkan langkah Jo Gwan Woong yang ingin menangkap Lee Soon Shin, tapi mereka malah jalan-jalan mendatangi festival lampion?
“Kenapa kau jadi seperti ini ?” tanya ayah Yeo Wool. Ia menghela nafas dan mengatakan kalau Yeo Wool tak pernah menjadi putri yang melakukan hal seperti ini.”Karena itulah aku selalu bisa mempercayaimu. Tapi sekarang..”
Guru Dam mengatakan kalau sekarang ia benar-benar merasa kecewa pada putrinya, dan Yeo Wool hanya bisa meminta maaf dan ia ingin menjelaskan lagi. Tapi Guru Dam tak mau mendengarnya. Ia pergi meninggalkan putrinya yang mematung di dalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar