Selamat Datang

Kamis, 23 Mei 2013

Sinopsis Gu Family Book episode 14 Bagian 1

Walau terkejut, Biksu So Jung senang melihat kedatangan teman lamanya itu dan berkomentar kalau Wol Ryung tak berubah sedikitpun. Wol Ryung menjawab kalau temannya itu sudah kelihatan menua.
Biksu So Jung tersenyum dan berkata kalau tak ada manusia yang dapat menipu waktu. Wol Ryung heran dengan sikap manusia yang tak dapat hidup 100 tahun tapi bertingkah seakan-akan bisa hidup selama 1000 tahun, “Benar-benar menyedihkan


Melihat wujud Wol Ryung sekarang, Biksu So Jung bertanya bagaimana Wol Ryung bisa hidup kembali. Apa mungkin Wol Ryung sekarang sudah menjadi Iblis seribu tahun?
Wol Ryung malah balik bertanya. Di hutan, ia bertemu seseorang yang berpenampakan aneh. Bukan manusia bukan pula gumiho, seperti gabungan antara keduanya, “Dan ia memakai gelangmu. Siapakah dia?”
Sementara Kang Chi berlari untuk menepati janji pertemuannya, Yeo Wool berjongkok dan menggerutu, menduga kalau Kang Chi mungkin lupa akan janji mereka. Dan ia senang melihat Kang Chi datang.
Ia segera berdiri menyambutnya. Tapi Kang Chi tak mengenali Yeo Wool, hanya melewatinya malah tak sengaja menyenggolnya. Jubah Yeo Wool terlepas.
Kang Chi menoleh dan buru-buru meminta maaf pada gadis yang ditabraknya. Ia pun berbalik lagi, namun langkahnya terhenti saat gadis itu memanggilnya, “Kang Chi-ya.”
Ia berbalik dan melihat gadis itu sekali lagi. Dari ujung rambut ke ujung kaki dan bertanya, “Dam Yeo Wool, itu kau?”
Yeo Wool salah tingkah dan mengangguk. Kang Chi terus memandangi Yeo Wool, terpana melihatnya.
Di Penginapan 100 tahun, Soo Ryun memainkan tarian 5 Tamburnya di hadapan tamu wanita Jepang itu. Chung Jo tersenyum bangga melihat pertunjukkan Soo Ryun itu.
Masih terkesima, Kang Chi mendekati Yeo Wool yang terus tersenyum dan mulai bertanya, “Kau..” tapi berhenti dan ia menatap Yeo Wool dari atas ke bawah lagi, “Kenapa kau kelihatan seperti ini?”
Gubrak! Senyum Yeo Wool hilang, tak menyangka pada reaksi Kang Chi, “Kadang aku berdandan seperti ini. Kenapa? Apa tampak aneh?”
Tatapan Kang Chi tetap tak lepas dari wajah Yeo Wool. Ia terus dan terus memandang, dan kemudian mengangguk, “Euhh..”
“Aneh dimananya?”
“Hanya..” Kang Chi masih tetap terkesima, “Semuanya..”
Haduhhh… Kayanya otak dan mulut Kang Chi nggak sinkron, deh..
Sekarang ganti Yeo Wool yang ternganga mendengar jawaban Kang Chi. Dan ia langsung pergi dengan kesal. Kang Chi buru-buru mengejarnya. Ia masih belum mengerti kenapa Yeo Wool meninggalkannya, yang segera dijawab ketus oleh Yeo Wool, “Katamu aku kelihatan aneh. Kau pasti tak ingin kelihatan bersama si aneh ini.”
“Bukan itu maksudku,” Kang Chi mencoba meng-undo ucapannya tadi. Yeo Wool pun berbalik, membuat Kang Chi membeku karena sekarang wajah Yeo Wool sangat dekat dengannya dan bertanya, “ Kalau begitu katakan padaku, dimana anehnya?”
Kang Chi terbata-bata menjawabnya, “Itu..” dan Yeo Wool juga tak membantunya, malah terus bertanya, “Itu apa?”
“Itu..” Kang Chi kembali memandangi Yeo Wool, “Karena ini tak seperti dirimu. Kau kelihatan seperti orang lain dan ini mengejutkanku. Itu sebenarnya maksudku.”
“Tapi ini juga aku,” cetus Yeo Wool.
“Iya.. Aku mengerti. Jangan marah,” bujuk Kang Chi.
Kemarahan Yeo Wool pun surut tapi ia tetap menggerutu sendiri, “Hhh.. aku tak tahu apa yang harus kulakukan dengan dirimu.” Yeo Wool pun beranjak pergi.
Kang Chi terbelalak melihat Yeo Wool yang tetap akan meninggalkannya. Ia pun menahan gadis itu dengan mengambil sejumput kain di bahunya dan bertanya kemana Yeo Wool akan pergi. LOL, dikit amat megang baju Yeo Wool? Bukannya biasanya Yeo Wool malah di-smack down?
“Sekarang kan Festival Lampion.  Aku harus membeli lampion untuk membuat harapan,” kata Yeo Wool sambil mengedikkan bahunya. Pegangan Kang Chi yang sejumput itu langsung lepas, dan Yeo Wool pun meninggalkan Kang Chi yang kebingungan.
Yeo Wool dan Kang Chi tersenyum melihat lampion yang baru saja digantungkan. Yeo Wool bertanya pendapat Kang Chi tentang lampion itu. Kang Chi sangat menyukainya, tapi bertanya mana lampion Yeo Wool?
“Aku baru saja menggantungkannya,” jawab Yeo Wool, membuat Kang Chi menoleh lagi pada lampion yang ia kira adalah miliknya karena harapan yang tertulis itu adalah harapannya. Tapi Yeo Wool mengatakan kalau itu adalah lampionnya dan itu adalah harapannya, “Menemukan buku keluarga Gu dengan cepat dan membuatmu menjadi manusia seutuhnya. Itulah harapanku.”
Kang Chi terpana mendengar jawaban Yeo Wool. Tanpa menoleh, Yeo Wool berkata pada Kang Chi, “Berhenti menatapku seperti itu. Kau membuat wajahku memerah.”
Kang Chi tersipu malu dan mengangguk. Dan kali ini Yeo Wool tersenyum padanya, membuat Kang Chi semakin salah tingkah. Mereka pun memandangi lampion itu bersama-sama dan kadang saling mencuri pandang. Aww.. so cute.
Tapi ada yang mengawasi mereka dari kejauhan.  Wol Ryung. Dan Kang Chi dapat merasakan kalau ia sedang diawasi. Namun saat ia menoleh ke arah Wol Ryung berdiri, Wol Ryung telah menghilang.
Soo Ryun mempertunjukkan tariannya dengan sangat mengesankan. Semua orang bertepuk tangan, puas. Tapi tidak dengan wanita itu. Dalam bahasa Jepang, ia berkomentar kalau pertunjukan itu sangatlah mengecewakan. Soo Ryun jelas sudah berumur dan tak mampu lagi menunjukkan tarian sebagus tariannya dulu.
Tak seorang pun mengerti ucapan wanita itu dalam bahasa Jepang, bahkan Jo Gwan Woong pun juga tak mengerti bahasa Jepang. Wanita itu beranjak pergi, namun (entah Soo Ryun mengerti bahasa Jepang atau melihat dari bahasa tubuh wanita itu) Soo Ryun (dalam bahasa Korea) meminta maaf atas tariannya tak mampu menyenangkan hati wanita itu.
Jo Gwan Woong bertanya apakah tarian Soo Ryun tak sesuai dengan keinginan tamunya? Asisten wanita itu menjelaskan apa yang dikatakan nyonyanya kalau tarian Soo Ryun sangatlah memalukan.  Semua orang terkejut.
Wol Sun yang berada di samping Jo Gwan Woong tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menjatuhkan Soo Ryun, “Sebagai kepala gisaeng mendapat kritikan pedas seperti itu, pasti tak ada yang lebih memalukan daripada ini. Bukan begitu, Tuan?”
Chung Jo yang tak terima Soo Ryun dikritik seperti itu. Ia langsung maju ke depan dan bertanya pada tamu Jepang itu untuk menjelaskan bagian mana dari pertunjukan Soo Ryun yang memalukan, “Walau sudah 10 tahun tak menari lagi, tarian yang dipertontonkan ini sangatlah anggun dan lebih gemulai daripada seekor burung. Jadi di bagian mana Anda merasa tak puas?”
Semua terdiam mendengar pertanyaan tajam Chung Jo. Soo Ryun meminta maaf atas kelancangan muridnya yang masih baru dan belum sempurna.
Tapi tamu itu memberi jawaban yang mengagetkan. Dalam bahasa Korea yang fasih, tamu itu mengatakan kalau tarian Soo Ryun tak memiliki emosi dan si penari tak memberikan seluruh hatinya untuk pertunjukan tadi. Dan ia pun beranjak pergi.
Jo Gwan Woong juga ikut meninggalkan tempat setelah menghina Soo Ryun yang ia anggap merusak malam ini. Wol Sun senang mendengarnya. Tapi tidak dengan Chung Jo.
Jo Gwan Woong menemui tamu itu yang akan kembali ke ruangannya, dan meminta maaf karena ketidakpuasan ini. Tapi ia juga mengomentari kefasihan bahasa Korea wanita itu. Asisten wanita itu yang memberi jawaban kalau Nyonya dan mendiang Tuannya mempelajari bahasa Korea bersama-sama dan bahkan ia juga mengajarkan bahasa itu.
Namun Jo Gwan Woong masih tetap berkomentar kalau dari kefasihan wanita itu, membuat orang menyangka kalau tamunya ini adalah asli orang Korea. Dari balik topi cadarnya, wanita Jepang itu hanya diam dan berlalu pergi.
Jo Gwan Woong terus memandangi wanita itu hingga rombongan itu pergi.
Soo Ryun menemui Jo Gwan Woong untuk meminta maaf. Tapi Jo Gwan Woong menyuruh Soo Ryun untuk meminta maaf secara langsung pada tamunya, atas ketidakpuasan tadi dan aksi Chung Jo.
Chung Jo berjalan-jalan keluar, menikmati festival lampion dengan ditemani oleh pelayan Chunhwagwan. Dan tanpa terasa, ingatannya kembali pada festival lampion tahun lalu, dimana ia bergembira bersama Kang Chi dan Tae Soo.
Saat melihat lampion harapan Tae Soo terpasang, Kang Chi dan Chung Jo langsung mengoloknya yang membuat harapan yang sama terus menerus dari tahun ke tahun. Tapi memang itulah harapan Tae Soo, “Aku berdoa untuk kesehatan orang tuaku dan ..”
“… kesuksesan Penginapan 100 tahun!” potong Kang Chi dan Chung Jo bersamaan. Mereka pun berdua terbahak-bahak saat mengatakannya. “Bagaimana mungkin tiap tahun kau menulis harapan yang bahkan kata per katanya pun tetap sama?” olok Kang Chi.
Walau tersipu, tapi Tae Soo mengatakan kalau hanya itulah memang harapannya. Maka Kang Chi pun menyuruh agar Tae Soo menambahkan satu harapan lagi di lampionnya, “Kumohon agar aku dapat bertemu dengan gadis cantik dan menikahinya. Titik.”
Chung Jo menyela dan mengatakan kala ia sudah menuliskan harapan itu di lampionnya, “Bagaimana mungkin aku membiarkan kakakku satu-satunya menghabiskan hidupnya sendirian saja?”
Tae Soo kesal karena mereka terus mengolok-oloknya dan mengejar mereka. Kang Chi pun tertangkap dan ia pura-pura mencekiknya. Sambil tertawa-tawa, Chung Jo memukuli punggung kakaknya.
Betapa bahagia masa-masa itu. Chung Jo hanya dapat menatap lampion yang bergelantungan dengan penuh kenangan.
Dan kenangan itu seakan menjadi kenyataan, saat Chung Jo melihat Kang Chi berjalan ke arahnya dan tertegun saat melihatnya. Chung Jo pun tercekat, tak mampu menyapa.
Beberapa orang yang berada di antara mereka, pergi, dan saat itulah Chung Jo melihat kalau Kang Chi tak sendiri. Ada Yeo Wool yang berdandan cantik dan memakai hanbok yang akhirnya juga melihat Chung Jo.
Perlahan Kang Chi menyapa, tapi Chung Jo berbalik pergi. Hanya saja ia tak melihat depan sehingga menabrak seorang pria. Buru-buru ia minta maaf, tapi orang yang mabuk itu melihat kalau ia ditabrak seorang gisaeng cantik dan mulai menggodanya.
Pria itu hendak menyentuh Chung Jo, tapi Kang Chi menahan tangannya dan mengusir pria itu pergi. Dan Kang Chi pun mengantar Chung Jo pulang, meninggalkan Yeo Wool.
Mereka berjalan, tak mengeluarkan sepatah katapun. Hanya sesampainya di depan Chunhwagwan, Kang Chi bertanya apakah Chung Jo masih takut padanya? “Maafkan aku yang tak memberitahu sebelumnya. Aku tak tahu bagaimana mengatakannya sehingga aku menundanya terus.”
“Apakah ia tahu?” tanya Chung Jo. Tak mendapat jawaban, ia pun menjelaskan maksudnya, “Gadiis yang bersamamu sebelumnya, Dam Yeo Wool. Apakah ia tahu tentang wujudmu yang sebenrnya?”
Kang Chi mengiyakan dan Chung Jo merasa sedih mendengarnya. Tapi saat ia berbalik, ia memasang wajah gisaeng terbaiknya dan berterima kasih atas bantuan Kang Chi “Jika kau mengunjungi Chunhwagwan, aku akan membalas kebaikanmu ini dengan minuman.”
“Chung jo-ya.. apa yang kau..”
“Seorang gisaeng sedang menawarimu minum, kenapa kau tak menerimanya?” tanya Chung Jo menyela.
“Jangan berkata seperti itu,” hardik Kang Chi. “Apapun yang kau pakai, dimanapun kau tinggal, bagiku… Kau tetap menjadi Park Chung Jo. Jadi jangan berpura-pura menjadi seseorang yang lain dan jangan pernah berkata seperti itu lagi.”
“Jadi apa kau ingin mengatakan seorang gisaeng harus menjalani hidupnya, berpura-pura dengan tak menjadi gisaeng?” balas Chung Jo. “Sama seperti seorang monster yang berpura-pura tak menjadi monster dan hidup sebagai manusia? Aku ingin tahu mana yang lebih berat: Menerima takdir dan hidup sebagai takdir itu atau mengingkari takdir itu seumur hidupmu.”
Kang Chi tertegun mendengar jawaban Chung Jo yang langsung masuk ke Chunhwagwan.
Tak diketahui oleh Kang Chi, Chung Jo menahan tangis di balik pintu.
Menjelang pagi, Kang Chi kembali ke tempat semula dengan gontai. Tak disangka-sangka, Yeo Wool ternyata masih berdiri di tempat yang sama walau sekarang sudah berganti baju seperti biasanya.
Astaga.. Yeo Wool menunggui Kang Chi dari tadi malam? Kang Chi-yaa… don’t break her heart, please.
Yeo Wool akhirnya melihat Kang Chi dan memasang senyumnya saat menghampiri, “Apakah ia sudah kembali dengan selamat?” Kang Chi mengangguk dan berkata kalau Yeo Wool telah kembali menjadi Yeo Wool yang sebelumnya.
Kang Chi mengajak Yeo Wool pergi, tapi Yeo Wool menghentikannya dan berkata kalau Chung Jo masih tetap orang terpenting bagi Kang Chi, “Yang tak akan pernah tergantikan dari pikiranmu. Iya, kan?”
Kang Chi tak tahu bagaimana menjawabnya, dan Yeo Wool pun minta maaf karena membuat Kang Chi canggung. Ia pun berbalik pergi.
Kang Chi tertegun melihat Yeo Wool yang berjalan menjauh darinya. Ia buru-buru mengejar Yeo Wool dan menarik tangannya. Yeo Wool berbalik, menunggu Kang Chi berbicara. Tapi Kang Chi hanya memandang Yeo Wool, matanya menyiratkan banyak hal, Dan akhirnya mulutnya berkata, “.. aku lapar.”

Gubrak! Beneran deh.. Kang Chi. Mata laparmu tuh bukan seperti itu. Mata laparmu tuh saat disiksa oleh Guru Gong Dal.


Kang Chi pun sepertinya juga terkejut pada apa yang keluar dari mulutnya. Ia pun buru-buru berkata kalau mereka sudah terjaga semalaman, dan mungkin enak kalau sekarang makan sup. Yeo Wool hanya tertawa mendengar penjelasan Kang Chi.


Gon marah mendengar laporan Sung yang mengatakan kalau Kang Chi dan Yeo Wool tak di tempat. Semakin marah saat mendengar kalau mereka pergi semalaman. Gon menggeram kalau ia akan mencari Kang Chi untuk membunuhnya. Tapi Guru Gong Dal langsung menghalanginya dan menyuruh Sung untuk memegangi Gon.


Gon meminta mereka untuk melepaskannya agar ia bisa membunuh Kang Chi. Tapi Guru Gong Dal mengingatkannya kalau Guru Dam mengetahuinya, maka tak hanya Kang Chi, Yeo Wool pun bisa mati.


Dan orang itu pun muncul. Mereka pun saling melepaskan diri dan Guru Gong Dal berkata kalau ia dan Gong hanya sedang berolah raga “Ya, kan Gon?”


Gon menunduk dan mengiyakan. LOL, Gon ini sepertinya polos banget dan tak bisa berbohong. Karena saat Guru Dam menanyainya tentang keberadaan Yeo Wool, Gon hanya bisa, “Eeee… Eeee…”


“Aku menyuruhnya pergi untuk suatu urusan,” Guru Gong Dal yang menjawabnya,  Guru Dam pun bertanya  tentang keberadaan Kang Chi dan Guru Gong Dal menjawab kalau ia menyuruh mereka berdua pergi, “Betul, kan, Gon?”


Gon kembali menunduk dan mengiyakan walau mendongkol. Haha… mukanya itu loh.. Untung Guru Dam percaya dan berlalu pergi.


Mendadak seorang murid terburu-buru datang dan memberitahukan kalau salah satu murid ditemukan tewas
Semua ternganga melihat mayat gosong yang tergantung di atas pohon. Guru Dam bertanya pada Guru Gong Dal, kemana sebenarnya Kang Chi dan Yeo Wool. Kali ini Guru Gong Dal tak bisa menjawab.


Keduanya ternyata sedang sarapan dan Kang Chi bahkan menghabiskan sup milik Yeo Wool karena Yeo Wool merasa tak bisa makan banyak saat sarapan.


Tiba-tiba terdengar suara dari meja sebelah yang membatalkan pesanan sup mereka karena, “Rasanya nafsu makanku hilang karena sampah itu.”

Pria yang bersuara itu seperti preman dan Yeo Wool tahu apa yang dimaksud dengan kata-kata itu, maka ia pun bertanya, “Apa yang kau maksud dengan sampah? Apa yang kau maksud sampah itu, kami?”


Pria itu membenarkan karena Kang Chi adalah pembunuh berarti Kang Chi adalah sampah.  Yeo Wool menggebrak meja dan mendatangi kedua pria itu, “Siapa yang kau maksud dengan pembunuh?!”

Kang Chi mencoba menenangkan Yeo Wool, tapi Yeo Wool tak mau. Mereka harus mengkoreksi pendapat orang-orang ini dan sampai kapan Kang Chi akan menerima tuduhan ini? Kang Chi memberitahu kalau Tuan Park meninggal karena ia tak dapat melindungi Tuan Park, “Jadi walau mereka menyumpahiku, aku akan menerimanya.”


Pria itu buka mulut,  menyuruh Yeo Wool berhati-hati karena Kang Chi bisa berbalik menyerangnya juga. Yeo Wool langsung mengganjarnya dengan tendangan ke wajah. Cool..


Pria itu marah dan menyerang Yeo Wool. Tapi kali ini Kang Chi yang menahan tinjunya, “Kami mengerti maksudmu, jadi jangan cari masalah lagi.”


Pria itu masih ingin mencari gara-gara lagi, tapi mendadak muncul suara, “Siapa yang pagi-pagi sudah membuat keributan?” Para pelanggan lainnya langsung kabur karena  yang datang adalah si preman Bong Chul yang pura-pura kaget melihat Kang Chi.


Bong Chul pun bertanya lagi mengapa pagi-pagi sudah membuat keributan? Anak buah Kang Chi membentak Kang Chi yang tak menjawab. Tapi Bong Chul malah memukul anak buahnya, “Bodoh!”


Ia menatap Kang Chi dan bersuara manis, “Aku tak menanyai mereka,” dan suaranya mengertak saat menghadap pria itu, “Tapi menanyainya. Kalian, preman kacangan. Kenapa kau menganggu Kang Chi-ku?”

Jiaahhh.. Kang Chi-ku?


Pria itu bengong melihat perlakukan Bong Chul yang berubah, begitu pula dengan anak buah Bong Chul. Apalagi saat Bong Chul mengusir mereka dengan keras dan menyapa Kang Chi dengan lembut, “Wahh.. apakah kamu sudah sarapan?” tanya Bong Chul sambil mengelus perut Kang Chi.

Bwahaha.. Bong Chul yang baru ini sama ngerinya dengan Bong Chul yang lama.

Kang Chi buru-buru menepis tangan Bong Chul dan anak buah Bong Chul juga bertanya, mengingatkan bosnya kalau yang mereka hadapi sekarang adalah Choi Kang Chi.


Lagi-lagi anak buah itu mendapat pukulan, “Kenapa menyebutnya Choi Kang Chi? Mulai sekarang kau harus memanggilnya dengan sebutan Kang Chi-nim atau aku akan memotongmu.”

Kang Chi pun juga merasa tak enak dengan perlakuan Bong Chul, ia bertanya mengapa Bong Chul seperti ini? Kembali Bong Chul menjawab dengan lembut kalau Kang Chi tak perlu malu. Ia adalah orang yang mengenal balas budi.


Yeo Wool menyenggol Kang Chi, bertanya apa maksudnya? Kang Chi tak menjawab, malah menyuruh Bong Chul untuk menutup mulut. Dan Bong Chul pun menyetujuinya.


“Tentu saja. Jika kau memintanya, aku akan menutup mulutku, Penyelamat hidupku,” kata Bong Chul manis, “Jika kau menghadapi masalah, panggil saja diriku. Tak peduli apa yang terjadi, aku akan datang dan menyelesaikannya,” janji Bong Chul dan ia  menyegel janji itu dengan mengedipkan matanya.


Bwahahaha… tak hanya satu kali tapi dua kali. Tak hanya Kang Chi dan Yeo Wool yang bergidik, anak buahnya pun juga ngeri melihat bosnya yang kecentilan.

LOL LOL LOL LOL… Astaga.. dulu sudah mengira kalau Bong Chul akan memihak Kang Chi, tapi nggak mengira akan secentil ini keberpihakannya.


Kang Chi dan Yeo Wool pergi diantar oleh para preman itu dan Yeo Wool menyelamati Kang Chi yang sekarang mempunyai orang kuat yang menjaganya.


Di tengah jalan, mereka menemukan Gon yang ternyata sedang mencari-cari mereka. Buru-buru Yeo Wool menyembunyikan bungkusan hanbok ke belakang. Ia kaget saat diberitahu kalau ayahnya sedang mencarinya, “Apakah aku ketahuan? Apakah Kang Chi juga ketahuan?” tanyanya panik.


“Tak mungkin..” kata Kang Chi menenangkan, tapi ia pun bertanya dengan khawatir, “Apakah kami ketahuan?” Ha.. siapa suruh ngajak anak gadis pulang pagi?


Walaupun Gon kesal, tapi ada hal yang lebih penting yang harus mereka tahu, yaitu salah satu murid telah meninggal.

Kang Chi menuju ruang tempat mayat dibaringkan untuk melihatnya. Tapi murid-murid tak mau Kang Chi mendekati mayat temannya  dan malah bertanya kemana Kang Chi pergi semalam tadi.  Tae Soo mengingatkan mereka untuk menghormati orang yang sedang berduka.  Tapi murid-murid itu tak peduli dan tetap bertanya apa yang Kang Chi lakukan semalam tadi. Kang Chi tak bisa menjawab.


Tapi Yeo Wool berani mengakui pada ayahnya kalau ia pergi ke Festival Lampion dengan Kang Chi. Guru Dam marah karena sekarang semua sedang mengkhawatirkan langkah Jo Gwan Woong yang ingin menangkap Lee Soon Shin, tapi mereka malah jalan-jalan mendatangi festival lampion?


“Kenapa kau jadi seperti ini ?” tanya ayah Yeo Wool. Ia menghela nafas dan mengatakan kalau Yeo Wool tak pernah menjadi putri yang melakukan hal seperti ini.”Karena itulah aku selalu bisa mempercayaimu. Tapi sekarang..”


“Tapi sekarang Ayah tak dapat mempercayai perasaanku pada Kang Chi?” potong Yeo Wool.

Guru Dam mengatakan kalau sekarang ia benar-benar merasa kecewa pada putrinya, dan Yeo Wool hanya bisa meminta maaf dan ia ingin menjelaskan lagi. Tapi Guru Dam tak mau mendengarnya. Ia pergi meninggalkan putrinya yang mematung di dalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar