Jumat, 31 Mei 2013
Sinopsis Gu Family Book episode 15 Part 2
Saat itu juga Yeo Wool langsung menemui ayahnya. Brakkk! Ia menggebrak meja.
“Menjahit? Ayah ingin aku belajar menjahit?!!” seru Yeo Wool.
“Kau sudah bertunangan, jadi kau harus belajar menjadi seorang istri.”
“Ayah yang bilang agar aku tidak pernah melupakan berat sebuah pedang. Ayah yang mengajariku ilmu pedang untuk melindungi orang lain. Ayah yang mengajarku.”
Ayah Yeo Wool menyuruh Yeo Wool hidup sebagai seorang wanita mulai sekarang.
“Tanggalkan pedangmu dan temukan kebahagiaan sebagai seorang istri. Itulah yang Ayah inginkan untukmu.”
“Jika bukan Kang Chi, aku tidak mau.”
“Apa kau bilang?”
“Jika bukan dengan Kang Chi, aku tidak hidup sebagai apapun,” kata Yeo Wool tegas.
Guru Dam marah. Apa itu perkataan yang pantas diucapkan seorang anak perempuan pada ayahnya? Ayah mana di dunia ini yang akan memberikan puterinya pada manusia setengah siluman? Dan apa reaksi Kang Chi jika tahu ia yang membunuh ayahnya? Jika Kang Chi hendak membalas dendam, apa yang akan Yeo Wool lakukan?
Yeo Wool terdiam.
“Ayah mohon..jangan biarkan ayah mengotori pedang ayah dengan darah orang tak bersalah untuk keduakalinya.”
Dengan itu Guru Dam mengakhiri percakapan dengan puterinya.
Kang Chi protes pada Gon. Bagaimana bisa mereka mengurung orang yang sehat? Gon berkata ini semua salah Kang Chi. Guru Dam melakukan ini karena sikap Kang Chi pada Yeo Wool.
“Jadi jangan tunjukkan dirimu lagi di depan Nona.”
“Apakah dengan mengurungnya, kalian bisa mengurung hatinya juga? Apakah dengan mengikat kakinya, kalian bisa mengikat hatinya juga?”
“Hati-hati kalau kau bicara,” kata Gon marah.
Kang Chi menyuruh Gon untuk mengusirnya saja daripada mengurung Yeo Wool.
“Tenang saja, aku memang berencana mengusirmu segera.”
Ia melemparkan sebuah ikat pinggang yang sekelilingnya telah digantungi bel. Ia menyuruh Kang Chi memakainya.
“Kenapa?”
“Lakukan saja.”
Kang Chi memakai ikat pinggang itu. Syuuuut! Dalam sekejap satu lonceng terlepas. Kecepatan pedang Gon sangat luar biasa. Kang Chi tertegun. Ia bertanya apa yang Gon baru saja lakukan.
“Sekarang tersisa 9 lonceng. Selama tiga hari ke depan sebaiknya kau menjaga lonceng-lonceng itu. Begitu kau kehilangan seluruh lonceng itu, kau akan dikeluarkan dari sekolah ini.”
“Apa? Dasar…memangnya kau siapa? Kau pikir kau memiliki hak khusus dari Guru Dam? Apa hakmu untuk mengeluarkanku?”
Gon memperlihatkan ukiran pada pedangnya. Ada tiga buah ukiran bunga.
“Aku adalah salah satu dari Empat Guru dengan simbol bunga sakura.” Dengan ini identitas Gon jelas sudah -_-
Kang Chi melongo.
“Tiga hari. Dalam tiga hari aku akan membuatmu menghilang dari sini untuk selamanya,” kata Gon.
Kang Chi sampai tidak bisa berkata-kata saking kagetnya. Demikian juga Yeo Wool yang berkata tidak masuk akal ia harus belajar menjahit.
“Kau tidak berbicara saat menjahit. Kau menjahit dengan tanganmu,” kata guru menjahitnya dengan tenang.
He…Gon versi wanita. Ehm…Gonita??
Kang Chi melampiaskan rasa frustasinya di dapur dan mulai curhat pada Guru Gong yang sedang asyik membuat obat.
“Apa ini masuk akal? Kukira Empat Guru adalah yang terbaik dari yang terbaik. Gon adalah yang terbaik? Sejak kapan? Aku mulai mempertanyakan level Empat Guru itu.”
“Kau sama sekali tidak boleh meremehkan Gon. Ia yang terbaik dalam ilmu pedang setelah Guru Dam.”
Kang Chi tertawa. Selama ini Gon kan kerjanya cuma mengejar-ngejar Yeo Wool dan bersikap sebagai bodyguardnya.
Ting! Satu lonceng terjatuh ke tanah. Gon tiba-tiba sudah berada di belakang Kang Chi.
“Tinggal delapan,” kata Gon tenang, lalu pergi begitu saja.
“A-apaa? Hei, bagaimana bisa kau muncul dari belakang? Kau curang! Curang!” protes Kang Chi.
Guru Gong tersenyum simpul. Bagaimana bisa disebut curang jika tidak ada aturannya?
“Apa?”
“He…kelihatannya kau akan dikeluarkan dalam waktu sehari. Ini, haruskah aku memberimu ini? Ini obat khususku yang kedua,” Guru Gong menyodorkan sebutir obat. “Aku membuatnya dari ginseng merah. Mungkin kau harus makan satu untuk memberimu kekuatan.”
Ginseng merah..lagi?
“Tidak, terima kasih,” ujar Kang Chi. Tapi ia tertarik juga dan mulai mengendus obat itu.
Terdengar suara langkah kaki di belakangnya.
“Siapa?!” bentak Kang Chi sambil berbalik mengacungkan….sendok.
Sung terkejut. “Ini aku, kak Kang Chi. Ada apa?” tanyanya bingung. Seumur-umur pasti baru sekarang dia ditodong sendok >,<
Kang Chi berlagak cool. Ia menaruh sendok itu di tangan Sung dan menepuk pundaknya. “Tidak ada apa-apa.”
Guru Gong tersenyum. Sung bertanya apakah ujian lonceng sudah dimulai. “Sudah,” kata Guru Gong sambil tertawa geli.
“Begitu ya…kelihatannya kak Kang chi akan segera dikeluarkan dari sini. Bukan begitu, Guru?” tanya Sung.
“Siapa tahu?”
Dan sepanjang hari itu menjadi hari yang paling mengejutkan….atau mengerikan(?) bagi Kang Chi. Saat ia kebelet hendak ke WC, tiba-tiba Gon keluar dari WC dan menebas satu loncengnya. Tujuh.
Ngomong-ngomong Gon kok tahu ya Kang Chi mau ke WC? ^_^
Saat ia mencuci muka. Ting! Satu lonceng terjatuh di dekat kakinya. Enam.
Kang Chi menyerang Gon karena kesal. Gon dengan mudah memiting lengannya. Kang Chi menginjak kaki Gon hingga ia terlepas dari pitingan Gon.
Gon menumbuk perut Kang Chi dengan gagang pedang dan siap mengeluarkan pedangnya. Kang Chi menahan agar pedang Gon tetap di sarungnya.
Gon menantang Kang Chi untuk merebut pedangnya. Tapi lagi-lagi Kang Chi tidak berhasil , sama seperti ketika ia mencoba merebut sapu Guru Gong. Dengan kesal ia terus berusaha menyerang Gon. Alhasil, loncengnya tinggal 5.
“Kau!” seru Kang Chi kesal. Tapi ia tidak berani lagi memprovokasi Gon dan memegangi pinggangnya erat-erat.
Kalau Kang Chi harus menjaga loncengnya, Yeo Wool harus menjaga jarinya. Agar tidak tertusuk jarum jahit. Setiap kali tertusuk dengan kesal ia melempar lain yang dijahitnya.
“Aku tidak bisa melakukannya. Begini ya, aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa merasakan ke mana jarumnya akan mencuat.”
“Kudengar kau mampu menangani pedang yang besar,” kata Gonita (panggilan sementara, soalnya aku belum tahu namanya :p).
“Aku memegang pedang bagai tanganku sendiri selama hampir 10 tahun.”
“Kalau begitu anggap jarum ini sebagai pedang dan lakukanlah.”
Yeo Wool berkata ia tidak pernah belajar menjahit. Gonita berkata tidak ada yang selesai hanya dalam waktu 1 hari.
“Jadi optimislah dan bersabarlah melakukannya jahitan demi jahitan.”
Yeo Wool cemberut.
“Sekarang,” ujar Gonita dengan tenang.
Yeo Wool terpaksa mengambil kain dan jarumnya lagi. Tidak sampai 5 detik ia sudah mengaduh lagi.
Kang Chi berjalan di tempat sepi agar tidak bertemu dengan Gon. Sebentar-sebentar ia menoleh karena takut Gon sudah berada di belakangnya. Ironis, siluman yang takut pada manusia dan bukannya sebaliknya ;D
Saat melihat tanaman yang merambati tembok, ia teringat pada tanaman-tanaman yang merambati kakinya di hutan. Ia mendekati tembok dan mengulurkan tangannya ke arah tanaman merambat di sana.
“Tumbuhlah…tumbuhlah….tumbuhlah!” Kang Chi merapal mantra buatannya sendiri. Tidak ada yang terjadi.
“Aneh, tadi tanaman itu tumbuh sendiri,” gumamnya. Ia mendapat ide lalu melepas gelangnya.
Angin bertiup kencang dan mata Kang Chi berubah menjadi hijau. Tapi ia tidak menyeramkan seperti sebelumnya. Mungkin karena masih dekat dengan Yeo Wool? Atau karena ia sudah mampu mengendalikan perubahan tubuhnya?
“Tumbuhlah….tumbuhlah….tumbuhlah!” Ia kembali merapal mantra. Dan tanaman itu pun tumbuh. Kang Chi tertawa kesenangan.
Wol Ryung diam-diam memperhatikannya. Ia mendekatkan tangannya ke arah bunga di hadapannya. Bukannya tumbuh, tanaman itu malah menghitam dan kering.
Sementara itu rumor mengenai Kang Chi keturunan seorang gumiho yang dibunuh 20 tahun lalu mulai beredar di masyarakat. Juga beredar kabar kalau pembunuhan di hutan adalah perbuatan Kang Chi.
Bong Chul tentu saja tahu Kang Chi memang gumiho, tapi ia marah saat mendengar rumor Kang Chi yang membunuhi orang-orang di hutan.
“Omong kosong apa itu? Jika Kang Chi keturunan gumiho, aku pasti sudah mati,” katanya pada anak buahnya.
“Jika aku menangkap siapa saja yang menyebarkan rumor tak benar mengenai orang lain, aku akan menghancurkannya. Apa kalian mengerti!” serunya di desa.
“Apa kalian mengerti?!!” Teriaknya lagi.
“Iya!” semua mengangguk ketakutan.
Bong Chul bertanya-tanya mengapa rumor seperti ini tiba-tiba beredar. Ia merasakan firasat buruk mengenai hal ini.
Kepala polisi menemui Lee Soon Shin. Lee Soon Shin menanyakan perkembangan kasus pembunuhan di hutan. Kepala Polisi berkata ia datang karena ada laporan mengenai hal itu.
“Anda mungkin tidak tahu, 20 tahun lalu ada gumiho yang muncul di sini. Kepala Polisi Dam Pyung Joon mencarinya selama 3 bulan dan membunuhnya. Lalu kami menemukan bahwa gumiho itu memiliki keturunan. Dan itu adalah Choi Kang Chi.”
“Apa?”
“Kudengar semua mayat di hutan dibunuh oleh Choi Kang Chi.”
“Kau pikir itu masuk akal? Siapa yang melaporkan hal omong kosong seperti itu?” sergah Lee Soo Shin.
Kepala polisi dengan terbata-bata menjawab Jo Gwan Woong yang melaporkannya. Jo Gwan Woong rupanya meminta Lee Soon Shin menyerahkan Kang Chi ke polisi untuk diselidiki jika Lee Soon Shin tidak mau dipersalahkan karena telah melindungi keturunan gumiho. Jika Choi Kang Chi tidak bersalah tentunya tidak masalah untuk diselidiki.
Tapi Lee Soon Shin berkata tidak benar membawa seorang tak bersalah untuk diinvestigasi di kepolisian (biasanya mereka melalui serangkaian penyiksaan). Jo Gwan Woong mengingatkan perjanjiannya dengan Lee Soon Shin masih berlaku. Jika Choi Kang Chi melakukan pembunuhan itu di hutan, maka Laksamana Lee Soon Shin juga harus dihukum karena telah melindunginya.
Lee Soon Shin tahu Jo Gwan Woong sedang mengancamnya dengan surat perjanjian itu. Tapi Jo Gwan Woong berkata yang saat ini terancam adalah warga desa.
Kepala polisi menyarankan Lee Soon Shin menyerahkan Kang Chi ke polisi untuk diperiksa. Bukankah itu lebih baik daripada membuat masyarakat resah?
Lee Soon Shin berada dalam dilema.
Tae Soo bertanya mengapa Jo Gwan Woong menyerang Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong berkata itu karena Lee Soon Shin tidak akan pernah memihaknya. Karena itu ia harus menghancurkannya.
Ninja Seo mengumumkan kedatangan pedagang Jepang. Saat Tae Soo keluar, ia berpapasan dengan pedagang itu (asisten Seo Hwa). Ia tadinya hendak tahu lebih banyak tapi Ninja Seo memelototinya hingga Tae Soo terpaksa pergi.
Guru Dam, Gon, Gisaeng Chun, dan Guru Gong membicarakan masalah yang sedang dialami Lee Soon Shin.
Yeo Wool membuka jendela kamarnya dan meregangkan tubuhnya setelah seharian duduk menjahit. Kang Chi pergi menemuinya. Ia tersenyum melihat Yeo Wool.
“Kang Chi-ah…” sapa Yeo Wool dengan gembira.
“Kau dilarang keluar?”
“Iya…lihat ini,” keluh Yeo Wool mengulurkan kedua tangannya. Jari-jarinya dibebat perban karena beberapa kali tertusuk jarum. “Apa kau percaya aku harus belajar menjahit setelah sebesar ini?”
“Aigoo..pasti sakit sekali,” ujar Kang Chi prihatin.
“Lebih baik aku tertikam pedang. Tertusuk jarum rasanya sangat sakit. Aku tidak tahan.”
“Tapi aku tetap merasa lebih baik. Sekarang kau tidak akan pergi ke hutan sendirian dan tidak akan berusaha menyelamatkan dunia sendirian.”
“Oy Choi Kang Chi, bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?”
“Dan juga, kau tidak akan berada dalam bahaya lagi karena diriku,” kata Kang Chi sungguh-sungguh.
Yeo Wool mendesah, tetap saja rasanya tidak enak. Rasanya menyesakkan dikurung di kamar. Kang Chi mendekati Yeo Wool lalu mengulurkan setangkai bunga. Eerr…bunganya mana?
“Tanaman apa ini?” tanya Yeo Wool.
“Ini bukan bunga biasa,” ujar Kang Chi. “Lihatlah baik-baik.”
Yeo Wool memperhatikan baik-baik. Cahaya biru bermunculan dan bunga itu mekar dengan sangat cantik. Yeo Wool terkejut dan takjub. Ia bertanya bagaimana Kang Chi melakukannya.
Kang Chi tertawa, ia juga tidak tahu.
“Eeeh? Bagaimana bisa kau melakukannya tapi tidak tahu caranya?”
“Aku hanya melihatnya dan menyuruhnya: tumbuhlah…tumbuhlah…. Dan ia tumbuh!”
“Wah, kau punya bakat mengesankan! Kau hebat!” puji Yeo Wool.
“Ini…” Kang Chi menyodorkan bunga itu untuk Yeo Wool.
Yeo Wool meraih bunga itu. Jarinya bersentuhan dengan jari Kang Chi. Keduanya terdiam saling memandang.
Kang Chi akhirnya menurunkan tangannya. Yeo Wool tersenyum memandangi bunga di tangannya. Ia berterima kasih pada Kang Chi. Kang chi tersenyum melihat senyum Yeo Wool.
Apa rahasianya? Kang Chi ternyata melepas gelangnya dan memeganginya erat-erat saat ia menumbuhkan bunga itu. Karena ia tahu, di dekat Yeo Wool ia tidak akan berubah.
Gob Dan menemui Chung Jo yang terlihat gusar. Ia bertanya apa Chung Jo berhasil menemui Tae Soo. Rupanya mereka bertandang ke sekolah guru Dam. Dan Chung Jo diberitahu kalau Tae Soo tidak tinggal di sekolah ini lagi.
“Lalu bagaimana dengan Kang Chi? Apa ia juga tidak di sini?” tanya Gob Dan.
Chung Jo hanya menatap Gob Dan.
Gisaeng Chun menghampiri mereka dan bertanya apa urusan Chung Jo sudah selesai.
“Sudah, Gisaeng Kepala. Aku ingin menghirup udara segar, terima kasih telah membawaku ke sini,” kata Chung Jo.
Gisaeng Chun mengajak mereka pulang.
Chung Jo pulang dengan enggan. Ternyata ia melihat saat Kang Chi memberikan bunga pada Yeo Wool dan bagaimana keduanya saling tersenyum malu-malu. Hati Chung Jo hancur.
Ia kembali ke kamarnya di Chunhwagwan. Saat melihat botol obat pemberian Kang Chi, ia menangis lalu melempar botol itu ke lantai hingga pecah.
Yeo Wool menaruh bunga pemberian Kang Chi dalam vas dan tak henti-hentinya memandanginya sambil tersenyum. Tapi ingatan bahwa ayahnya yang membunuh Kang Chi dan pertanyaan ayahnya apa yang akan Yeo Wool lakukan jika Kang Chi hendak membalas dendam, membuyarkan seluruh senyumnya.
“Jika itu yang terjadi, apa yang akan terjadi pada kita, Kang Chi?” gumamnya sedih.
Kang Chi menaruh karung kacang di depan Guru Gong.
“Akhirnya, aku telah menghitung semua kacang dalam kantung iniiii!” serunya senang.
“Aigooo!! Benarkah? Jadi berapa banyak kacang di sana?” tanya Guru Gong tak kalah semangatnya.
“13.786 kacang!” Buset dah, aku udah nyerah kalau disuruh ngitung sebanyak itu -_-
Guru Gong tertawa. “Berapa?”
“13.786 kacang!”
“Aiyaaa bagaimana bisa?!” seru Guru Gong.
“Itu juga yang kutanyakan, bagaimana bisa aku menghitung kacang sebanyak itu?!” ujar Kang Chi bangga. “Aku sangat bangga dengan diriku sendiri. Jadi, jumlahnya benar, kan?”
“Kau salah.”
Gubrakkkk!!
“Aku salah?” tanya Kang Chi tak percaya.
“Ya, kau salah.”
“Kalau begitu 13. 787? 13. 788?”
Semua salah. Guru Gong berkata jawaban Kang Chi sangat jauh dari jawaban yang benar. Tapi Kang Chi berkeras ia sudah menghitung dengan benar. Ia menghitungnya dengan usaha keras, satu demi satu.
“Apa bagusnya itu? Kau tidak mendapatkan jawabannya.”
“Apa karena memang tidak ada jawaban yang betul?”
“Masalah seperti apa di dunia ini yang tidak ada jawabannya?” sergah Guru Gong.
“Kalau begitu kumohon beri aku petunjuk,” kata Kang Chi memelas.
Guru Gong malah mengulurkan sapunya.
“Apa ini?” tanyanya.
“Sapu.”
Lagi-lagi Guru Gong menantang Kang Chi untuk merebut sapunya. Dan lagi-lagi Kang Chi gagal. Kang Chi beralasan gerakan Guru Gong lebih cepat dari gerakannya hingga ia tidak bisa menangkap sapu itu.
“Salah. Kau tidak bisa menangkapnya karena fokusmu hanya pada sapunya.”
“Apa artinya?” tanya Kang Chi bingung.
“Jadi apa artinya? Hal yang paling penting adalah dasarnya. Apa kau mengerti?”
Kang Chi cuma bengong. Guru Gong tertawa. Ia menepuk pundak Kang Chi lalu berjalan keluar.
Kang Chi berusaha memikirkan arti perkataan Guru Gong. Guru Gong tersenyum menoleh melihat Kang Chi. Tai senyumnya lenyap berganti dengan kesedihan ketika ia mengingat pembicaraannya tadi dengan Guru Dam dan Gon.
Guru Dam berkata jika Kang Chi menjadi penghalang rencana Lee Soon Shin maka ia harus mengorbankan Kang Chi.
Guru Gong dengan sedih melihat Kang Chi.
Wol Ryung muncul di sekolah. Ia melihat Kang Chi berjalan melewati halaman. Pikiran Kang Chi masih dipenuhi petunjuk Guru Gong. Tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang. Guru Gong juga merasakannya.
Tae Soo diam-diam memperhatikan gedung tempat Seo Hwa menginap. Asisten Seo Hwa menyapanya.
Kang Chi mencari-cari siapa yang telah membuntutinya tadi. Terdengar suara menggeram di belakangnya. Ia pelan-pelan menoleh.
Untuk pertama kalinya ia berhadapan dengan ayahnya. Mata papa gumiho berkilat merah.
“Siapa kau?” tanya Kang Chi waspada.
Tae Soo menemui Seo Hwa. Seo Hwa bertanya mengapa Tae Soo mencarinya malam-malam begini. Apa karena Tae Soo penasaran akan dirinya?
Tae Soo tidak menjawab.
“Sepertinya begitu. Baguslah kau di sini. Aku juga ingin tahu mengenai dirimu.”
Dan Seo Hwa membuka topinya, memperlihatkan wajahnya pada Tae Soo.
Cahaya bulan menerangi Wol Ryung hingga Kang Chi bisa melihat jelas rupa Wol Ryung. Ia agak kaget karena rupa Wol Ryung juga seperti dirinya, seperti manusia.
“Siapa kau?” tanyanya.
“Apa kau Choi Kang Chi?”
“Kutanya siapa kau?”
“Aku Gu Wol Ryung.”
Kang Chi terkesiap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar