Kamis, 23 Mei 2013
Sinopsis Gu Family Book episode 13 Bagian 1
“Ia bertanya padaku….”
Lee Soon Shin bertanya Kang Chi ingin hidup seperti apa mulai sekarang. Kang Chi ingin menjadi apa.
“Aku bertanya padanya, kenapa….kenapa kau begitu baik padaku.”
Yeo Wool menjawab ia hanya ingin melakukan apapun yang ia bisa untuk Kang Chi. Itulah isi hatinya sekarang ini.
“Karena itulah aku ingin menjadi manusia. Aku…ingin menjadi manusia lagi.”
Jadi, Kang Chi ingin menjadi manusia karena Yeo Wool….
Yeo Wool ingin menjadi pelatih Kang Chi tapi ayahnya tak mengijinkannya. Yeo Wool berjanji akan melatih Kang Chi dua, bahkan tiga kali lipat lebih keras dari biasanya. Guru Dam malah menyuruh Gon yang melatih Kang Chi.
“Ayah tidak bisa membiarkan mereka berdua sendirian. Begitu mereka bertatapan, mereka langsung ingin berkelahi. Aku harus menengahi mereka,” kata Yeo Wool.
“Kau benar-benar ingin Kang Chi diusir dari sini?” tanya ayahnya. “Semakin kau seperti ini, semakin sulit posisi Kang Chi.”
Yeo Wool cemberut dan menunduk kecewa. Melihatnya seperti itu, Gon turun tangan.
“Guru, kali ini Nona Yeo Wool benar. Choi Kang Chi dan aku adalah pasangan terburuk. Setidaknya ia akan menurut jika ada Nona. Jadi biarkan aku dan Nona yang melatihnya bersama-sama.”
Yeo Wool tersenyum penuh terima kasih pada Gon. Sementara Gon hanya bisa menghela nafas. Ha.
Guru Dam tidak bisa berkata apa-apa lagi. Karena itulah Yeo Wool dan Gon menjadi pelatih Kang Chi. Dan tugas pertama yang mereka berikan adalah menghitung kacang sekarung. Tampaknya keduanya menikmati tugas ini hehehe^^
“Bagaimana bisa kau menghentikan perasaam satu sama lain? Bagaimana bisa kau menghentikan angin yang bertiup?” kata Lee Soon Shin.
Guru Dam khawatir Kang Chi suatu saat mengetahui dialah pembunuh ayahnya dan keduanya akan terluka. Lee Soon Shin berkata kekhawatiran membuat masa depan semakin tak pasti. Mereka seharusnya tidak menghakimi dan mencampuri hidup anak-anak itu. Yang mereka harus lakukan adalah membuat jalan agar anak-anak itu menuju ke arah yang baik.
“1231…1232…1233…1234….” Kang Chi menghitung kacang.
“Ngomong-ngomong Kang Chi-ah…bagaimana orangtuamu meninggal?” tanya Yeo Wool.
“1235….1236…”
“Kau tidak tahu apa-apa?”
Kang Chi jadi kesal karena hitungannya terganggu.
“Maaf,” kata Yeo Wool tenang.
“1235…”
“Kurasa tadi kau sudah menghitungnya.”
“1236…”
“Itu juga sudah….”
Kang Chi menatap Yeo Wool. Yeo Wool tersenyum geli dan meminta maaf. Haha…siapa yang bisa marah melihat wajah manis seperti itu :D
Kang Chi berseru frustasi lalu mengembalikan semua kacang yang telah ia hitung ke dalam karung dan menghitung lagi dari awal.
“Jika aku jadi kau, aku pasti akan sangat penasaran,” Yeo Wool kembali mengoceh. Mungkin bukan ayahmu, tapi kau memiliki banyak kesempatan untuk mencari tahu tentang ibumu. Dia berasal dari keluarga mana…atau apakah ia memiliki saudara…”
“Ia membuang bayi baru lahir ke sungai, aku tidak penasaran dengan orang seperti itu,” kata Kang Chi tegas.
Jo Gwan Woong menemui tamunya, wanita Jepang itu. Ia berbicara dengan asisten wanita itu yang berbahasa Korea. Asisten itu berkata Jo Gwan Woong mengambil alih penginapan ini dalam yang singkat. Hmmm…tampaknya rencana pengambilalihan penginapan Seratus Tahun juga atas permintaan wanita ini.
Jo Gwan Woong berkata ia sudah berkata pengambilalihan penginapan ini akan berlangsung cepat. Sekarang semua sudah berada dalam kendalinya, baik pejabat maupun tentara.
Samurai pendamping wanita itu mengatakan ada satu hal yang belum diselesaikan Jo Gwan Woong. Dan itu adalah pangkalan militer angkatan laut, yang berada di bawah kendali Lee Soon Shin. Jo Gwan Woong berkata ia akan mengurusnya dalam waktu singkat. Wanita Jepang itu tersenyum di balik kain penutup topinya.
Jo Gwan Woong keluar dengan rasa curiga. Tampaknya orang-orang Jepang ini mengetahui lebih banyak dari yang ia duga. Tampaknya mereka tahu semua situasi di sini. Ia menduga ada mata-mata di pihaknya dan menyuruh ninja Seo mengawasi mereka. Ia juga merasa aneh pemimpin kelompok pedagang Jepang itu seorang wanita.
Di dalam, asisten wanita itu bertanya apakah wanita itu tidak apa-apa. Wanita itu tersenyum.
Tiba-tiba angin bertiup kencang. Kang Chi merasakan sesuatu dan menoleh ke arah hutan. Yeo Wool bertanya ada apa.
Di hutan, daun-daunan dan pepohonan mengering dan layu. Wol Ryung membuka matanya.
Kang Chi tiba-tiba bangkit berdiri menghadap ke arah hutan hingga karung kacang terjatuh dan kacang bertebaran di lantai. Yeo Wool heran melihat sikap Kang Chi. Lebih kaget lagi saat melihat tangan Kang Chi gemetaran.
“Ada apa, Kang Chi? Apa kau sakit?”
“Aku tidak tahu….ada yang aneh…,” Kang Chi bergidik, “Ada apa ini? Tiba-tiba aku merasa sangat takut…”
Yeo Wool membawa Kang Chi menemui guru Gong Dal. Guru Gong Dal memeriksa penglihatan Kang Chi.
“Ckckck…kau menjadi lemah. Aku memiliki obat yang tepat. Dibuat secara khusus olehku.”
Ia mengambilkan air ginseng merah yang telah dibuatnya sendiri. Jika Kang Chi meminumnya, Kang Chi akan kembali kuat.
“Guru bisa membuat obat juga?”
“Begitu aku mendapat penggantiku, aku ingin pergi menjual obat keliling. Impianku adalah berjalan-jalan ke seluruh negeri. Aku bisa menjual obat. Aku juga bisa mendapatkan wanita,” Guru Gong Dal tertawa senang.
“Cukup menjual obat saja. Mengenai wanita, itu terlalu berlebihan,” ujar Kang Chi.
“Di hatiku, aku lebih muda daripadamu,” seloroh Guru Gong Dal. Mereka tertawa.
“Anjing yang lewat saja akan tertawa,” kata Kang Chi.
“Kembalikan obatnya!” Hahahaha…dua orang ini ya XD
Kang Chi cepat-cepat meminum obatnya sebelum diambil kembali oleh guru Gong. Yeo Wool bertanya apa Guru Gong sudah menemukan penggantinya.
“Ada seseorang….tapi anak itu bertemperamen tinggi,” jawabnya. Haha…Yeo Wool sepertinya sudah tahu jawabnya dan tidak percaya orang itulah yang dimaksud guru Gong.
Kang Chi berkata menghadapi orang bertemperamen tinggi tidak bisa dengan kata-kata. Orang itu harus dipukuli sejak awal agar menurut. Yeo Wool dan Guru Gong menatap Kang Chi.
“Jadi, apakah aku perlu menanganinya untukmu?” Kang Chi menawarkan diri.
Taaakk! Kepala Kang Chi jadi sasaran bambu guru Gong.
“Tidak usah! Pergilah dan hitung kacang-kacang itu,” ujarnya. Lalu ia pergi sambil tertawa geli.
Kang Chi protes kenapa Guru Gong selalu memukul kepalanya.
“Kau yang bilang hanya itu caranya untuk mengajar,” kata Yeo Wool.
Kang Chi si bodoh masih saja tak mengerti kalau dirinya lah yang dimaksud guru Gong Dal sebagai calon penggantinya. Yeo Wool tidak berminat menjelaskan dan menyuruh Kang chi menghitung kacang lagi.
Kang Chi mengalami masalah dengan sesama murid di sekolah. Mereka berubah sikap saat bertemu Kang Chi. Sung yang selama ini ramah sekarang terlihat takut pada Kang Chi.
Para seniornya mengacuhkannya. Kang Chi meminta maaf pada senior Kim yang pernah ia cekik saat ia berubah menjadi monster. Senior Kim dengan sinis berkata Kang Chi tidak perlu meminta maaf karena ia yang duluan menyerang, tapi ia tidak punya pilihan lain karena ia tidak pernah melihat monster ganas sebelumnya.
Guru Dam memanggil Tae Soo di hadapan Gon dan Guru Gong. Ia menyerahkan sebuah bungkusan pada Tae Soo dan berkata Tuan Park yang menitipkan benda itu untuk diberikan pada Tae Soo.
Tae Soo meraih bungkusan itu. Sepertinya Tuan Park sudah memiliki firasat. Ia meminta Guru Dam memberikan bungkusan itu pada Tae Soo jika terjadi sesuatu padanya. Ia juga menitipkan pesannya pada Tae Soo melalui Guru Dam. Bahwa ia benar-benar menyayangi Tae Soo dan akan sangat bersyukur jika Tae Soo bisa menjadi pria hebat yang dapat meneruskan Penginapan Seratus Tahun.
Tae Soo membuka bungkusan itu. Isinya sebuah plakat kayu.
“Dia antara keempat Guru, Mu Sol mewakili lambang krisantemum. Dengan kekayaannya, ia membantu rakyat yang kelaparan dan menyokong keuangan mereka yang berjuang bagi negara ini,” kata Guru Dam.
Guru Dam berkata ia memberikan plakat ini pada Tae Soo dengan harapan Tae Soo meneruskan keinginan ayahnya. Dan juga ada tugas yang hendak diberikannya pada Tae Soo. Tentu saja Tae Soo boleh memutuskan menerima atau tidak tugas tersebut.
Tae Soo menanyakan tugas apa itu. Ketiganya terdiam. Guru Dam meminta Tae Soo menjadi orang Jo Gwan Woong. Tae Soo terkejut.
Kang Chi menghitung kacang-kacangnya lagi. Tapi ia tidak bisa melupakan reaksi murid-murid lain saat melihatnya. Saat ia menoleh, ia melihat Yeo Wool tertidur. Kang Chi tersenyum geli.
Yeo Wool hampir terjatuh menimpa Kang Chi. Kang Chi menahan kepala Yeo Wool dengan dua jarinya. Ia menoleh ke sekeliling. Saat menyadari tidak ada yang melihat mereka, Kang Chi menyandarkan kepala Yeo Wool ke pundaknya.
“Sebenarnya aku juga ingin tahu…seperti apa orangtuaku? Mengapa mereka membuangku ke sungai? Tapi jika aku memikirkan semua itu, aku takut aku akan mulai menyalahkan mereka. Dan aku akan membenci mereka. Itulah sebabnya,” Kang Chi curhat pada Yeo Wool yang sedang tidur.
Tapi Yeo Wool tidak tidur. Ia membuka matanya.
“Tapi terima kasih Yeo Wool, karena sudah menanyakannya.”
Yeo Wool tersenyum lalu memejamkan matanya kembali.
Pikiran Kang Chi beralih ke hutan. Perasaan apa yang tadi dirasakannya?
Wol Ryung berjalan menuju Taman Cahaya Bulan.
Tae Soo memikirkan tugas yang ditawarkan Guru Dam. Guru Dam berkata tugas ini beresiko tinggi, apakah Tae Soo sanggup menanganinya. Saat Tae Soo sedang merenung, Kang Chi memanggilnya. Mereka pun mengobrol.
Tae Soo bertanya seberapa banyak yang diketahui ayahnya tentang siapa Kang Chi sebenarnya. Kang Chi tidak tahu, Tuan Park tidak pernah menyinggung hal ini padanya (hmmm…tapi Nyonya Yoon pernah, kan?).
Tae Soo bertanya apa yang Kang Chi rasakan saat berubah. Kang Chi berkata saat itu pikirannya terasa menjauh. Seluruh tubuhnya terasa sakit seperti terbakar. Ia juga menjadi terlalu peka, bisa mendengar dan melihat berbagai suara dan berbagai hal sekaligus.
“Mungkin itu sebabnya aku menjadi sangat sangat lapar,” Kang Chi tertawa.
Tae Soo ikut tertawa. Ia bertanya apa pada saat berubah Kang Chi masih ingat kalau ia adalah Kang Chi.
“Awalnya aku tidak bisa. Tapi lambat laun aku mulai menyadari dan ingat siapa aku. Setelah itu aku mulai bisa mengontrol perasaanku. Sebenarnya, Yeo Wool sangat membantu. Bahkan setelah melihatku berubah, ia tidak jijik atau takut. Ia terus memanggil namaku. Begitulah caranya membantuku mengingat bahwa aku adalah Choi Kang Chi. Anehnya, hatiku merasa tenang saat aku bersamanya. Rasa sakit dan amarahku juga berkurang.”
“Kau pasti mencintainya,” kata Tae Soo.
“Hmm..” Kang Chi mengangguk. Lalu ia tersadar, “Eh? Tidak! Cinta? Jatuh cinta pada anak itu? Tidak mungkin, Tae Soo-ya.”
Kang Chi tertawa. Tae Soo tersenyum dan berkata Kang Chi tidak perlu menyangkalnya.
“Tidak ada yang aneh dalam mencintai seorang gadis seperti Nona Yeo Wool.”
Kang Chi menyangkalnya. “Bukan seperti itu! Ia hanya…ia hanya…”
“Jika karena Chung Jo, maka kau jangan khawatir. Bagimu, Chung Jo adalah masa lalu,” kata Tae Soo sedih, mengingat bagaimana keadaan Chung Jo sekarang.
Kang Chi berkata Tae Soo dan Chung Jo tidak akan pernah menjadi masa lalu baginya. Mereka adalah keluarganya, teman-temannya, dan orang-orang yang harus ia lindungi.
“Aku ingin kau terbebas dari kewajiban itu. Begitu ayah tiada; kau , Chung Jo, dan aku terpisahkan oleh takdir yang berbeda. Sama seperti kita tidak bisa memutar waktu kembali, kita juga tidak bisa mengembalikan takdir kita.”
“Kita tidak bisa mengembalikannya tapi kita bisa meraihnya kembali. Penginapan Tuan dan semua orang di sana, aku akan meraih kembali mereka semua.”
“Itu adalah tugasku.”
“Tuan mati menggantikanku, karena melindungiku,” kata Kang Chi.
“Walau itu orang lain, Ayah tetap akan melakukan hal yang sama. Begitulah Ayahku. Jadi ini bukan salahmu, Kang Chi.”
Kang Chi terharu mendengar kata-kata Tae Soo. Bravo Tae Soo!
“Semua pengorbanan yang telah kaulakukan untuk keluargaku, sudah cukup bagiku untuk berterima kasih padamu seumur hidupku. Jadi jangan terbebani lagi oleh kami. Jalanilah hidupmu. Persahabatanmu sama pentingnya dengan Penginapan Seratus Tahun bagiku.”
Kedua sahabat itu saling tersenyum. Entah penting atau tidak, di langit ada bintang jatuh. Jika itu penting, mungkinkan itu pertanda kalau persahabatan mereka tidak akan tergoyahkan lagi dan Penginapan Seratus Tahun akan kembali pada Tae Soo? I really really hope so^^
Yeo Wool mencari Kang Chi ke kamarnya. Tapi Kang Chi tidak ada. Saat ia hendak kembali, ia tak sengaja mendengar percakapan para murid lain di sebuah kamar. Mereka merasa terganggu karena harus berlatih bersama Kang Chi.
Bagaimana jika Kang Chi berubah lagi lalu melukai mereka? Selain itu Kang Chi menghilang semalam dan kembali menjelang subuh. Mereka ingin mengeluarkan Kang Chi dari sekolah. Yeo Wool menghela nafas.
Gon sedang bermeditasi di kamarnya. Tiba-tiba ia merasa sesuatu. Gon segera mencabut pedangnya dan berbalik. Ternyata itu adalah Kang Chi.
Seorang pria berjalan di hutan. Ia merasa ada yang mengikutinya. Lalu ia melihat sesosok pria menggeram. Pria itu berlari sekuat tenaga. Saat ia kelelahan, sosok itu, yang adalah Wol Ryung, telah berdiri di hadapannya. Wol Ryung mencekik pria itu dan menghisap seluruh jiwanya. Pria itu mati dengan tubuh mereput.
Namun anehnya, saat jiwa pria itu memasuki tubuhnya, urat-urat di leher Wol Ryung memudar hingga Wol Ryung semakin seperti manusia. Seperti kata Dee, kira-kira butuh berapa banyak jiwa manusia yang harus dihisap Wol Ryung agar kembali seperti dulu?
Chung Jo memulai latihan menabuh tambur. Ia berlatih dengan tekun di bawah bimbingan Gisaeng Chun.
Tiba-tiba Wol Sun menerobos masuk bersama gisaeng lainnya. Chung Jo berhenti berlatih. Gisaeng Chun menegurnya agar tidak teralihkan dengan hal lain saat berlatih. Chung Jo kembali berlatih.
Wol Sun protes mengapa Gisaeng Chun melatih Chung Jo dan bukan dirinya. Gisaeng Chun tidak mempedulikannya dan terus melatih Chung Jo.
Wol Sun marah. Ia meraih tongkat pemukul tambur dari tangan Chung Jo dan melemparnya ke lantai. Gisaeng Chun marah dan menyuruhnya mengambil tongkat itu.
“Kenapa dia, bukan aku? Akulah gisaeng terbaik di Chunhwagwan.”
“Gisaeng terbaik ditentukan berdasarkan apa? Wajah cantik dan kemampuan untuk tersenyum di hadapan pria-pria? Apakah itu yang menentukan gisaeng terbaik? Jika begitu, maka benar kau gisaeng terbaik di Chunhwagwan.”
“Mengapa kau begitu memandang rendah diriku? Sebenarnya apa salahku?!”
“Sejak awal kau tidak berminat mempelajari seni. Kau senang bermanja-manja dengan pria dan menuangkan mereka minuman. Alasan kau ingin mempelajari tarian 5 tambur hanyalah untuk menyenangkan para pria itu. Tarian ini bukan aksesoris yang bisa kau gantung pada pakaianmu. Kau menganggap seni hanya sebagai aksesoris. Aku tidak bisa meneruskan tarian ini padamu,” kata Gisaeng Chun tegas.
Wol Sun sangat kesal hingga hampir menangis. Gisaeng Chun menyuruh Chung Jo terus berlatih, ia akan memeriksanya lagi nanti. Gisaeng Chun pergi dari ruang tambur.
Chung Jo memungut tongkat pemukul tamburnya. Ia bertanya apakah Wol Sun tidak bisa minggir, ia harus berlatih.
“Apa kau berani menyuruhku karena kepala gisaeng menjadi pendukungmu?” kata Wol Sun marah.
“Jangan begitu marah, wajahmu jadi terlihat jelek, Wol Sun oenni,” kata Chung Jo tenang tanpa ekspresi.
Wol Sun menampar Chung Jo. Chung Jo balas menampar dengan lebih keras. Para gisaeng lain terkejut. Chung Jo mendekati Wol Sun dan menatapnya dengan tajam.
“Jika kau menaruh tanganmu di wajahku lagi, aku akan menghancurkan wajahmu.”
Wol Sun begitu shock hingga tak bisa berkata-kata. Dengan tenang, Chung Jo kembali berlatih tanpa mempedulikan lagi keadaan sekelilingnya.
Kepala pelayan Chunhwagwan bertanya-tanya apa yang terjadi pada Chung Jo hingga ia begitu berubah. Apakah ia harus membiarkannya?
“Jangan tanyakan apapun padanya. Jangan ingin mengetahui apapun. Apakah kau tidak dengar? Saat ini, anak itu menangis begitu sedih.,” kata Gisaeng Chun.
Chung Jo menangis melalui pukulan tamburnya. Ia berlatih dan terus berlatih.
Yeo Wool tersenyum saat melihat Kang Chi tertidur ketika sedang menghitung kacang. Ia diam-diam mendekatinya dan hendak mengejutkannya. Tapi Kang Chi bisa merasakannya dan langsung menyerang. Ia terkejut saat melihat Yeo Wool.
Yeo Wool berkata ia hanya main-main. Ia menyuruh Kang Chi minggir agar ia bisa bangun. Tapi Kang Chi terus memegangi tangan Yeo Wool dan menahannya agar terus berbaring.
“Kau bilang kau pelatih padahal kau bermain-main seperti itu? Bagaimana standarmu di sekolah ini? Aku harus memberimu pelajaran.”
Kang Chi menaruh tangannya di leher Yeo Wool. Yeo Wool menyuruh Kang Chi minggir. Kang Chi meledek Yeo Wool yang menyebut dirinya pemimpin tapi begitu lemah.
Tapi gigitan Yeo Wool tidak lemah. Ia menggigit tangan Kang Chi hingga Kang Chi berteriak kesakitan dan melepaskan Yeo Wool.
“Salah sendiri,“ kata Yeo Wool.
“Mengapa kau menggigitku?!”
“Ini aturan dasar penyerangan balik. Dalam situasi darurat, serang titik vital. Sebenarnya aku mau menyerang bagian yang lebih sakit, tapi aku hanya sedikit menggigitmu. Kau seharusnya berterima kasih.”
“Aku begitu berterima kasih hingga aku hampir menangis.” LOL^^
Yeo Wool bertanya semalam Kang Chi pergi ke mana. Kang Chi beralasan ia hanya mencari udara segar. Yeo Wool berkata ia dengar Kang Chi dua malam terakhir selalu keluar. Para murid yang lain khawatir.
“Mereka tidak khawatir. Mereka takut padaku.”
“Itu karena mereka belum mengenalmu. Sama seperti kau membutuhkan waktu untuk menerimaku, mereka juga membutuhkan waktu untuk menerimamu. Kau juga tahu, kan?”
Kang Chi menghela nafas panjang. Tiba-tiba ia bergeser mendekati Yeo Wool.
“Apa kau sadar akhir-akhir ini kau begitu mencerewetiku?”
“Begitukah? Maaf,” kata Yeo Wool sungguh-sungguh.
Kang Chi tersenyum senang campur geli.
“Apa kau tahu yang lainnya?”
“Apa?”
Kang Chi mendekatkan wajahnya pada wajah Yeo Wool.
“Saat ini kau terlihat seperti wanita.”
Yeo Wool terpana menatap Kang Chi dan tak bisa berkata-kata.
“Mengapa kau begitu diam? Biasanya kau pasti sudah memukulku.”
Yeo Wool baru sadar Kang Chi sedang main-main. Ia mengangkat tinjunya siap memukul Kang Chi.
“Guru! Guru!” Sung berlari menemui Yeo Wool dengan wajah cemas.
Yeo Wool buru-buru bangkit berdiri dan kembali bersikap serius. Ia bertanya ada apa. Sung berkata ada mayat yang ditemukan di hutan. Tiga mayat. Dan semua mayat itu sangat aneh, tidak seperti hasil perbuatan manusia. Sung mengatakan itu sambil menatap Kang Chi dengan takut-takut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar